Museum Bank Indonesia (MuBI) menggelar pameran bertajuk Herstory, Cerita Perempuan dalam Bingkai Uang, mulai 11 Desember 2024 hingga 16 Februari 2025. Herstory merupakan bagian dari pameran temporer D'Commentry (The Communication and Education on Numismatic's History). Menurut Kepala MuBI Pak Hary Nugroho Susanto, D'Commentry merupakan hasil kajian dan penelitian kurator MuBI atas tema-tema umum yang dikaitkan dengan koleksi uang MuBI.
"Pemilihan tema tentang perempuan merujuk pada hasil survei pengunjung MuBI 2024. Ternyata pengunjung MuBI didominasi oleh perempuan (70%). Pada 22 Desember pun diperingati sebagai Hari Ibu," begitu kata Pak Hary.
Dalam pameran itu MuBI menampilkan koleksi uang rupiah bergambar perempuan yang diterbitkan masa 1952 hingga 2022. Konsep pameran mengisahkan perjalanan perempuan dari gelap menuju terang. Ada enam zonasi ruang pameran, yakni Zona Beranda, Zona Ruang Gelap. Zona Melawan Gelap, Zona Terbit Terang, Terpatri dalam Uang, Zona Balkon, dan Koda. Setiap zonasi dipamerkan ragam koleksi uang yang relevan serta dilengkapi dengan media interaktif.
Tokoh wanita yang pernah tergambar pada uang kertas adalah R.A. Kartini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan Christina Martha Tiahahu. Beberapa wanita yang bukan tokoh juga pernah tergambar pada uang kertas.
Naratif
Menurut kurator pameran, Zainal C. Airlangga, ceritera perempuan itu dihadirkan dengan pendekatan naratif yang menggambarkan perjalanan dari perspektif Dia, beralih ke Aku, dan berakhir pada Kita. Ditambahkan oleh Zainal, Herstory merupakan plesetan dari kata history, sebuah kritik terhadap penulisan sejarah yang terlampau his-story atau melulu dari sudut pandang laki-laki (patriarki). Istilah herstory pertama kali ditulis oleh Robin Morgan (tokoh feminisme AS sekaligus seorang jurnalis dan penyair pada 1968.
Ruang pameran dibuat seperti suasana masa lalu, ada lampu petromaks, obor, tungku kayu, dandang, tampah, dan sumur. Suasana yang mungkin tidak akan dialami lagi oleh generasi masa kini. Pameran dilengkapi prolog perjalanan perempuan dari gelap menuju terang. Bukan hanya uang, pameran mengisahkan penderitaan kuli perempuan, babu dan perbudakan, jerat pelacuran, hingga budaya patriarki.
Cara membersihkan uang logam (koin) dan uang kertas disertakan dalam pameran. Untuk menghilangkan karat pada koin, misalnya, digunakan cairan kimia. Untuk merapikan uang kertas, digunakan alat untuk merapikan sudut dan lekukan. Pengunjung pameran bisa mencoba kedua hal itu.
Imersif
Pengunjung pada upacara pembukaan dibagi dua kelompok, yakni kelompok yang menuju ruang pameran temporer dan kelompok yang menuju ruang imersif. Kemudian akan saling berganti. Ini supaya ruangan tidak membludak.
Saya dan rombongan terlebih dahulu menuju ruang imersif. Di ruang imersif pengunjung menyaksikan perjalanan mata uang sejak masih berbentuk primitif hingga modern. Gambar animasi diproyeksikan ke dinding depan, kiri, dan kanan. Jadi ruangan dipenuhi oleh gambar warna-warni ditambah sorotan lampu. Pengunjung yang semula duduk di tempat yang disediakan, diizinkan berdiri di lantai untuk mengambil gambar. Sebelumnya pihak MuBI menyediakan pelindung alas kaki supaya karpet tidak kotor.
Museum Bank Indonesia terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 3, persis di seberang Stasiun Kereta Api Jakarta Kota. Cukup mudah menjangkau museum ini. Bisa naik kereta api turun di Stasiun Jakarta Kota. Bisa juga naik bus Transjakarta, turun di Halte Museum Sejarah Jakarta atau Halte Jakarta Kota. Dari sana tinggal berjalan kaki sekitar 200 meter.
Museum Bank Indonesia mengenakan tiket masuk Rp 5.000 per pengunjung. Ingat, jangan datang ke sana pada Senin karena museum tutup. Pilih hari-hari lain. Museum terletak di kawasan kota tua, jadi banyak pilihan objek yang bisa dikunjungi.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H