Dunia numismatik Indonesia boleh dibilang selalu bergeliat. Di satu pihak, muncul berita atau tayangan yang menyesatkan atau hoaks. Bayangkan, koleksi yang berkondisi jelek dan masih banyak di pasaran, ditayangkan oleh orang-orang 'kurang waras' berharga jutaan rupiah.
Di lain pihak, ada berbagai event atau kegiatan yang bersifat mencerahkan. Salah satunya bertajuk Indonesia Numismatic Show (INS). Kegiatan itu diselenggarakan oleh Masyarakat Numismatik Indonesia (MNI), organisasi yang dibentuk sejumlah kolektor mata uang dengan tujuan positif.
Kegiatan INS sudah tiga kali dilakukan. Ketiganya berlangsung di Mal Ciputra, Jakarta. Baru kali ini INS ke-4 berpindah ke Mal Artha Gading, Jakarta Utara. Sebenarnya kegiatan INS ke-4 mulai dibuka pada Jumat, 29 November 2024. Namun saya baru punya waktu ke sana pada Sabtu, 30 November 2024. Minggu, 1 Desember 2024 kegiatan INS akan ditutup pukul 22.00.
Kegiatan INS diikuti 68 booth. Belasan booth berasal dari sejumlah negara seperti Singapura, Hongkong, Filipina, dan Rusia. Selebihnya berasal dari sejumlah daerah di Indonesia. Kegiatan INS dibuka pukul 10 pagi dan ditutup pukul 10 malam, sesuai jam buka mal. Sebagian besar diisi penjualan benda-benda numismatik, baik penjualan langsung di beberapa booth maupun secara lelang dan konsultasi numismatik.
Murah meriah
Ada banyak benda numismatik dijual di pameran. Selain uang kertas dan uang logam (koin) dijual pula berbagai jenis album. Terlihat banyak pengunjung pemula membeli berbagai koleksi yang tergolong murah meriah. Sepengamatan saya ada yang mengeluarkan uang Rp 100.000 tetapi dapat banyak koleksi uang kertas dan koin. Ini tentu benda jauh dengan berita atau tayangan yang tidak masuk akal bahwa harga sebuah koleksi mencapai jutaan rupiah.
Pembeli mancanegara banyak memburu koleksi dari Indonesia. Maklum, duit mereka lebih tebal daripada kita. Selain koleksi biasa, mereka juga membeli koleksi yang sudah di-grading, termasuk koleksi yang tergolong Specimen. Cukup mahal koleksi-koleksi seperti itu. Â
Perusahaan jasa grading mancanegara ikut dalam kegiatan INS. Saya sempat mendatangi booth PCGS dari Hongkong. Bahkan ketemu dengan bossnya, Jackie. PCGS adalah singkatan dari Professional Coin Grading Service. Beruntung saya dapat dua sample koin 10 Sen (1957) dan 25 Sen (1955). Biasanya koin yang sudah di-grading dalam kondisi bagus.
Ada pelukis uang
Saya juga sempat berbincang dengan pengurus Masyarakat Numismatik Indonesia seperti Pak Michell Suherli, Pak Sugino, dan Pak Indra Christian. Mereka memiliki booth pameran. Saya juga sempat bertemu Pak Puji Harsono. Beliau seorang kolektor senior dari Bandung. Pak Puji biasanya menyelenggarakan lelang uang kuno dua kali setahun.
Seorang lagi yang sempat ngobrol dengan saya adalah Pak Mujirun. Beliau seorang pelukis mata uang kertas. Dulu beliau bekerja di Peruri. Setelah pensiun, beliau mengisi acara numismatik dengan melukis. Banyak orang antre untuk dilukis.
Sebenarnya kita terbantu dengan adanya pameran seperti ini. Masyarakat bisa tahu bahwa harga yang dimuat sejumlah orang di marketplace sangat tidak wajar. Begitu pula yang ditayangkan manusia-manusia 'tidak waras' yang hanya mementingkan konten ngaco. Soalnya makin banyak diklik, mereka makin banyak dapat uang.
Pameran masih berlangsung Minggu besok. Ayo siapkan waktu untuk mengenal hasil budaya dan tinggalan sejarah bangsa kita berupa mata uang.***
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H