Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Koleksi Museum Nasional Pernah Terbakar pada Pameran Kolonial se-Dunia 1931

20 Oktober 2024   07:05 Diperbarui: 20 Oktober 2024   09:58 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian Anjungan Hindia-Belanda pada Pameran Kolonial se-Dunia 1931 (Sumber: Moojen. KIT/Gouda)

Peristiwa kebakaran, apalagi terjadi pada bangunan bersejarah termasuk museum, tentu saja begitu menyesakkan. Kita akan kehilangan data masa lampau atau data sejarah yang tidak mungkin dicipta ulang. Jejak-jejak bangunan asli pun tidak dapat dinikmati generasi selanjutnya.

Peristiwa kebakaran yang cukup menyita perhatian masyarakat terjadi pada Museum Nasional September 2023 lalu. Akibatnya museum ditutup untuk umum dan baru dibuka kembali pada 15 Oktober 2024.

Sebelumnya kebakaran pernah dialami Museum Bahari (2018) dan Wihara Dharma Bhakti (2015), keduanya di Jakarta. Di luar Jakarta kebakaran terjadi pada Istana Bala Putih, Sumbawa (2017), Rumah Betang di Kalimantan Barat (2014), Rumah Bolon di Museum Batak, Sumatra Utara (2011), dan Istana Pagaruyung di Sumatra Barat (2020). Belum lagi sejumlah kelenteng dan bangunan bersejarah.

Sebagian Anjungan Hindia-Belanda pada Pameran Kolonial se-Dunia 1931 (Sumber: Moojen. KIT/Gouda)
Sebagian Anjungan Hindia-Belanda pada Pameran Kolonial se-Dunia 1931 (Sumber: Moojen. KIT/Gouda)

Pameran Kolonial se-Dunia

Kebakaran museum dan bangunan bersejarah, pernah kita alami pada masa penjajahan. Ketika itu pada 1931 di Prancis diadakan Pameran Kolonial se-Dunia. Sejumlah negara penjajah memamerkan benda-benda budaya milik negara jajahannya. Prancis, misalnya, memamerkan candi Angkor Wat. Sebagaimana kita tahu, Prancis pernah menjajah negara-negara Indocina termasuk Kamboja.

Pameran dibuka untuk umum pada 6 Mei 1931 dan baru diresmikan pada 8 Mei 1931. Banyak hasil budaya bangsa Asia dan Afrika dipamerkan oleh negara penjajah di Bois de Vincennes. Sebagai tuan rumah, Prancis memamerkan berbagai hasil budaya dari sejumlah negara jajahannya. Begitu pula Belanda.

Frances Gouda menulis dalam bukunya Dutch Culture Overseas demikian, "Berkat usaha gigihnya, Belanda berhasil menjadi satu-satunya 'saingan utama' bagi Angkor Wat pada pameran tersebut". Ia melanjutkan, "Belanda membangun sebuah anjungan yang memperlihatkan sebuah kesaksian menakjubkan atas 'kekayaan Insulinde'". Perwakilan Belanda menempati total wilayah pameran seluas tiga hektar dan menghabiskan biaya sebanyak lima belas juta franc yang setara dengan satu setengah juta gulden.

Lebih lanjut menurut Gouda, bagian luar bangunan utama memadukan gaya arsitektur yang berbeda-beda dari kepulauan Nusantara. Misalnya dari Bali, Minangkabau, Jawa, dan Kalimantan. Banyak media internasional memuji anjungan Belanda itu. Sebagian koleksi yang dibawa berasal dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, cikal bakal Museum Nasional.

Anjungan Hindia-Belanda yang terbakar (Sumber: Moojen, KIT/Gouda)
Anjungan Hindia-Belanda yang terbakar (Sumber: Moojen, KIT/Gouda)

Terbakar

Pada 28 Juni 1931 istana Belanda dengan koleksi-koleksi kain, barang-barang perhiasan yang bernilai tinggi, peta-peta abad ke-17 yang unik, ukiran-ukiran kayu, serta artefak-artefak etnik, musnah menjadi sebuah onggokan puing-puing. Anjungan Hindia-Belanda terbakar.

Dalam sekejap, tulis Gouda, bayangan hitam menara-menara Bali yang menjulang ke atas, telah berubah menjadi timbunan bara api yang tak berharga. Ini adalah sebuah malapetaka, sebuah bencana nasional, demikian tulis berbagai media keesokan harinya.

Sangat sulit memahami mengapa anjungan yang kita banggakan, bangunan yang paling dikagumi di seluruh pameran itu musnah menjadi lapisan-lapisan abu, demikian tulis Algemeen Handelsblad. Berbagai media sempat mempertanyakan apakah kebakaran itu merupakan sebuah kecelakaan atau kesengajaan.

Sebagai rasa solidaritas sesama penjajah, Prancis dan Belgia membantu Belanda untuk membangun kembali anjungannya. Di luar itu, Belanda mendapatkan uang asuransi kerugian yang cukup besar.  Semula diperkirakan, uang asuransi kebakaran digunakan untuk membangun lantai II Gedung A Museum Nasional, sebagaimana terlihat pada foto di atas. Namun menurut Ibu Nusi yang lama bekerja di Museum Nasional, berdasarkan notulen BG (Bataviaasch Genootschap) 1932, uang asuransi kebakaran digunakan untuk perluasan ruang keramik dan ruang prasejarah. Kedua ruangan itu tahun lalu terkena dampak kebakaran. 

Ia menambahkan, rencana pembangunan lantai II mulai dibahas pada 1912 dan selesai pada 1915. Informasi ini terdapat pada notulen BG 1912 dan 1915. 

Dulu saya pernah diberi tahu petugas Museum Nasional ada arca batu yang berwarna kehitaman. Arca itu selamat dari kebakaran 1931. Entah sekarang berada di mana. Seingat saya dulu ada di bagian kiri lorong Gedung A. Mungkin sekarang sudah berpindah tempat mengingat perubahan tata pamer.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun