Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arca Ganesha Dikembalikan Belanda ke Indonesia

17 Oktober 2024   11:18 Diperbarui: 18 Oktober 2024   11:06 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Narasi tentang Ganesha dalam Pameran Repatriasi (Dokpri)

Banyak benda purbakala dikembalikan oleh Belanda dari berbagai museum di sana. Ada benda-benda berukuran kecil, ada pula benda-benda berukuran besar. Yang termasuk berukuran besar adalah arca-arca batu. Arca-arca itu berusia lebih dari 1.000 tahun. 

Yang termasuk indah berasal dari candi Singhasari di Jawa Timur. Arca-arca itu ada di Museum Nasional Indonesia (MNI) dan kini sedang dipamerkan untuk publik dalam tajuk Pameran Repatriasi. Pameran tahap pertama berlangsung 15 Oktober 2024 hingga akhir Desember 2024.

Dalam tulisan lalu saya bercerita sedikit tentang arca Dewa Brahma. Kali ini saya ingin berbagi tentang arca Dewa Ganesha. Kalau arca Brahma dikenali karena memiliki empat wajah/kepala, arca Ganesha dikenali lewat wajahnya yang berupa gajah.

Kehadiran arca Brahma, Ganesha, dan arca-arca lain di Nusantara memang menarik perhatian. Maklum, ketika itu pengaruh India sangat kuat. Sebagaimana kita tahu, di Nusantara banyak tinggalan budaya bercirikan Buddha dan Hindu. Ukiran pada arca-arca ini sangat luar biasa. Tentu saja karena para seniman memiliki keterampilan seni tinggi.

Arca Buddha memiliki ciri tertentu. Begitu pula arca Hindu. Pengetahuan yang mempelajari seni arca kuno disebut Ikonografi, yang menjadi bagian dari ilmu purbakala atau arkeologi.

Narasi tentang Ganesha dalam Pameran Repatriasi (Dokpri)
Narasi tentang Ganesha dalam Pameran Repatriasi (Dokpri)

Ganesha

Selain berkepala gajah, Ganesha digambarkan berbadan gemuk dan bertangan empat. Ciri lainnya adalah salah satu gadingnya patah. Gading yang patah itu dipegang oleh salah satu tangan. Tangan lain memegang mangkuk yang berisi ilmu pengetahuan. Belalai Ganesha tampak sedang mengisap isi mangkuk tersebut.

Ganesha dianggap sebagai dewa ilmu pengetahuan, kecerdasan, pelindung, penolak bala, dan kebijaksanaan. Di Indonesia, lambang atau logo Ganesha dipakai oleh institusi yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan.  

Ganesha dalam sikap berdiri dari Karangkates sebagai perbandingan (Sumber: Joko Laksono via https://hurahura.wordpress.com)
Ganesha dalam sikap berdiri dari Karangkates sebagai perbandingan (Sumber: Joko Laksono via https://hurahura.wordpress.com)

Dalam pantheon Hindu, Ganesha merupakan anak dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Ada berbagai mitologi mengapa kepala Ganesha berbentuk kepala gajah. Mitologi yang pernah saya dengar, sewaktu hamil Parwati kaget melihat gajah Airawata yang sedang lewat. Airawata adalah gajah putih tunggangan Dewa Indra.

Mitologi lain mengatakan sebenarnya Ganesha berkepala manusia. Waktu itu Siwa kesal kepada Ganesha sehingga ia memenggal kepalanya. Kemudian Parwati memohon kepada Siwa untuk memberikan kepala baru. Karena yang pertama lewat adalah hewan gajah, maka dipenggallah kepala gajah itu lalu dipasangkan kepada tubuh Ganesha. Banyak versi lain tentang mitologi Ganesha.

Ciri lain Ganesha adalah menaiki wahana atau kendaraan tunggangan seekor tikus. Itulah sebabnya Ganesha dipandang sebagai penghalang segala rintangan. Dengan badannya yang besar, gajah mampu merobohkan pohon yang kuat. Sementara itu dengan badannya yang kecil, tikus mampu memperlunak beton yang kuat dengan air kencingnya. Juga mampu mengerat kayu yang keras lewat cakarnya.

Ganesha dalam sikap duduk dari candi Banon, koleksi Museum Nasional sebelum penataan ulang ruang pameran (Dokpri)
Ganesha dalam sikap duduk dari candi Banon, koleksi Museum Nasional sebelum penataan ulang ruang pameran (Dokpri)

Umumnya arca Ganesha digambarkan dalam bentuk duduk. Namun ada beberapa arca Ganesha berada dalam posisi berdiri. Ada yang berpendapat, ini menggambarkan perjalanan Ganesha dari bayi hingga dewasa.

Arca Ganesha yang unik, yakni dalam sikap berdiri, terdapat di Karangkates sebagaimana tulisan Joko Laksono Putro dalam https://hurahura.wordpress.com (2016).  Ganesha dalam sikap berdiri lain ditemukan di daerah Gunung Semeru tetapi sudah dibawa ke Leiden, lanjut Joko.

Nah, demikian cerita singkat tentang Ganesha. Nantikan cerita dewa-dewi lainnya yah.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun