Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Museum Nasional Pasca Kebakaran Buka pada 15 Oktober 2024

12 Oktober 2024   06:34 Diperbarui: 13 Oktober 2024   18:18 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koin yang dikembalikan Belanda, digunakan masyarakat Lombok pada abad ke-19 (Dokpri)

Setelah tutup karena kebakaran pada September 2023, Museum Nasional akan buka kembali pada 15 Oktober 2024. Masyarakat umum bisa berbondong-bondong ke sini untuk menikmati wajah baru Museum Nasional.

Jika Anda sering ke Museum Nasional, perbedaan itu akan terasa. Di Gedung A yang dikenal sebagai Gedung Arca, jumlah arca semakin sedikit.

Beberapa arca yang tadinya ada di bagian halaman rumput, sekarang dikurangi jumlahnya. Begitu pula arca di bagian dalam gedung. Hanya arca Bhairawa yang cukup tinggi, mungkin yang paling diingat. Arca ini masih berada pada tempatnya.

Arca Siwa Mahakala yang dikembalikan Belanda (Dokpri)
Arca Siwa Mahakala yang dikembalikan Belanda (Dokpri)

Undangan

Saat ini Museum Nasional dikelola oleh Museum dan Cagar Budaya (MCB) atau Indonesia Heritage Agency (IHA). Jumat, 11 Oktober 2024 saya diundang oleh IHA untuk menyaksikan wajah baru Museum Nasional.

Saya lihat memang terjadi banyak perubahan pada Museum Nasional. Ruang pameran semakin banyak dengan tema-tema tertentu. Banyak undangan dari berbagai kalangan, terkesan dengan ruang pameran dan tata pamer baru.

Sisa-sisa kebakaran gedung termasuk benda yang terselamatkan, meskipun agak rusak, bisa disaksikan di sini.

Jendela kayu yang sudah menjadi arang dan tembok yang sudah amburadul, tentu menjadi saksi bisu dahsyatnya kebakaran. Sisa-sisa pecahan kaca masih bisa dijumpai di salah satu bagian. Karena itu ruangan ini diberi garis pembatas.

Banyak foto dan cerita tentang kebakaran yang bisa Anda ketahui. Bukan itu saja, pada ruang pameran temporer Anda bisa menyaksikan benda-benda budaya kita yang dikembalikan oleh Belanda. Repatriasi, begitu istilahnya. Ini untuk kesekian kalinya Belanda mengembalikan benda-benda budaya kita yang lama bermukim di sana.

Ada arca-arca batu berukuran besar, antara lain dari candi Singhasari di Jawa Timur. Arca Mahakala, Ganesha, dan Durga sekarang menemani arca Prajnaparamita yang telah kembali pada 1970-an. Arca-arca itu memiliki gaya seni dan bentuk yang bagus. Kalau tidak bagus, tentu Belanda enggan membawanya ke negeri mereka.

Arca Ganesha dalam wujud berdiri termasuk salah satu koleksi unik. Biasanya Ganesha, yang dalam mitologi adalah anak dewa Siwa, berada dalam posisi duduk. Ganesha dipercaya menjadi dewa ilmu pengetahuan dan kemakmuran. Sering dipakai sebagai lambang dunia pendidikan atau ilmu pengetahuan.

Koin yang dikembalikan Belanda, digunakan masyarakat Lombok pada abad ke-19 (Dokpri)
Koin yang dikembalikan Belanda, digunakan masyarakat Lombok pada abad ke-19 (Dokpri)

Lombok dan Bali

Barang-barang dari Lombok dan Bali turut dikembalikan Belanda. Umumnya berupa bahan-bahan kecil atau berukuran ringan. Misalnya saja naskah, senjata, rompi emas, perhiasan, perlengkapan upacara, dan koin. Benda-benda ini dipamerkan sesuai tema.

Koin menjadi perhatian saya, maklum saya juga numismatis. Rupanya koin itu pernah digunakan masyarakat Lombok pada abad ke-19. Sayang saya kurang melihat jelas detail koin.

Kalau kita melihat kondisi kepurbakalaan di Indonesia, memang terlihat banyak candi masih kurang lengkap. Ada yang kepala arcanya hilang dan ada yang arcanya kurang lengkap. Bahkan banyak perhiasan berharga kita dibawa ke mancanegara. Dulu banyak kejahatan seperti penggalian liar, pencurian benda antik, dan penyelundupan ke mancanegara.

Nah, itulah kelemahan kita apalagi kalau diiming-imingi uang banyak. Sampai kini masih banyak benda budaya kita di mancanegara, termasuk di Belanda. 

Sudah saatnya kita bersuara lantang bahwa benda-benda budaya Indonesia yang berada di mancanegara merupakan benda curian. Oleh karena itu harus dikembalikan ke pemilik asli, yakni bangsa Indonesia.

Kita pun harus siap-siap menyediakan tempat penampungan yang layak. Kita harapkan masyarakat Indonesia akan memiliki apresiasi untuk menjaga benda-benda budaya kita. Jangan sampai benda-benda di dalam museum dicuri orang lagi.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun