Satu lagi buku pramuka hadir ke tengah kita. Ini tentu akan memperkaya literasi tentang pramuka di Indonesia. Buku itu berjudul Sejarah Kecil Pramuka, Saat Awal Bertemu Kak Buwas, ditulis oleh Berthold Sinaulan yang di kalangan pramuka dikenal dengan panggilan Kak Be.
Boleh dibilang buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama cerita tentang pencalonan Bapak Komjen Pol (Purn) Drs. H. Budi Waseso sebagai calon pimpinan Kwarnas masa bakti 2018-2023. Bagian kedua berisi tulisan-tulisan Kak Be di Kompasiana.
Menurut Kak Be, pencalonan Kak Buwas sebagai pimpinan Kwarnas cukup berliku. Ketika itu pada 2018 digelar Musyawarah Nasional (Munas) X Gerakan Pramuka di Kendari. Sebelumnya Ketua Kwarnas dijabat Kak Adhyaksa Dault.
Karena ingin pembaruan di dunia kepramukaan, muncul beberapa nama yang diusulkan, tentu lewat berbagai kubu. Kak Buwas, nama populer Budi Waseso, sebelumnya menjabat Kepala Bareskrim Polri, Kepala Badan Narkotika Nasional, dan Kepala Bulog.
Atas dorongan dari beberapa tokoh pramuka ditambah sejumlah kwarda, akhirnya Kak Buwas bersedia dicalonkan sebagai Ketua Kwarnas. Pada saat itu ada lima calon yang dianggap memenuhi syarat, yakni Kak Adhyaksa Dault sebagai petahana, lalu Kak Jana Anggadiredja, Kak Susi Yuliati, Kak Dede Yusuf, dan Kak Buwas.
Sebelum pemilihan ada dua calon mengundurkan diri, yakni Kak Dede Yusuf dan Kak Susi Yuliati. Kini tersisa tiga calon yang siap bertarung. Dalam pemilihan Ketua Kwarnas yang dilakukan dengan pemungutan suara, Kak Buwas mendapatkan 19 suara, Kak Adhyaksa Dault 14 suara, dan Kak Jana Anggadiredja 2 suara.
Cerita tentang pencalonan dan pemilihan Ketua Kwarnas tentu merupakan catatan sejarah, sesuai dengan judul buku ini Sejarah Kecil Pramuka.
Kak Be sendiri kemudian dilibatkan sebagai pengurus Kwarnas Gerakan Pramuka periode 2018-2023. Beliau duduk sebagai Wakil Ketua/Ketua Komisi Kehumasan dan Informatika.
Sayang kemudian muncul wabah pandemi Covid-19 di seluruh dunia mulai awal 2020. Maka berbagai kegiatan kepramukaan dibatalkan, ditunda, sampai dilakukan secara daring. Sejarah pasti akan mencatat peristiwa ini.
Dalam buku Kak Be dikemukakan, pramuka itu pantang putus asa. Walaupun ada pembatasan ketat selama masa pandemi Covid-19, tetapi aktivitas pramuka terus berlanjut. Bahkan Kwarnas ikut membantu mengatasi masalah pandemi dengan membentuk Satgas Pramuka Peduli Penanggulangan Covid-19.
Museum Pramuka
Sebagai Ketua Komisi Kehumasan dan Informatika, Kak Be dan beberapa staf, sebagaimana tertulis pada buku ini, telah menghasilkan dua buku penting terkait sejarah kepramukaan. Kedua buku tersebut adalah Berbakti Tanpa Henti -- Catatan Perjalanan 60 Tahun Gerakan Pramuka 1961-2021 dan Mengabdi Tanpa Batas -- 110 Tahun Gerakan Kepanduan di Indonesia.
Selain itu, Kak Be dan kawan-kawan menginisiasi rencana pendirian Museum Nasional Gerakan Pramuka. Oleh karena itu mereka sering menyelenggarakan pameran dan lokakarya serta mengumpulkan berbagai koleksi untuk ditampilkan dalam museum. Pada peringatan Hari Museum Indonesia 2023, cikal-bakal Museum Nasional Gerakan Pramuka ikut memeriahkan Hari Museum Indonesia 12 Oktober di Gedung DPR-RI.
Banyak hal menarik tentang sejarah kecil pramuka terdapat dalam buku setebal 146 halaman ini. Mengingat di kalangan anggota Gerakan Pramuka dikenal tagar #setiappramukaadalahpewarta, Kak Be berharap setiap pramuka bisa menulis dan mewartakan apa saja, termasuk catatan sejarah kepramukaan yang dialami sendiri.
Ayo menulis karena menulis adalah bekerja untuk keabadian, demikian pernah diungkapkan sastrawan Pramoedya Ananta Toer. Menulis akan dikenang oleh sejarah, tambahnya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H