Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ditemukan Gambar Cadas Purba Berumur 50.000-an Tahun di Maros-Pangkep

5 Juli 2024   13:57 Diperbarui: 6 Juli 2024   07:52 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua tim peneliti Adhi Agus Oktaviana (Sumber: Dyah Chitraria)

Semula usia gambar cadas atau lukisan gua purba tertua di dunia diperkirakan berumur 40.000-an tahun. Lukisan itu terdapat pada situs Leang Bulu' Sipong 4 di Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Pada situs itu terdapat adegan sekelompok figur setengah manusia dan setengah hewan (therianthropes) yang sedang berburu hewan mamalia besar dengan tombak dan tali.

Namun ternyata masih ada lukisan gua yang lebih tua dari situs tadi. Lukisan itu terletak di gua kapur di Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa seni hias di lapisan tersebut memiliki pertanggalan paling awal sekitar 51.200 tahun yang lalu. Tentu tidak mengapa berubah tempat, toh tetap di Indonesia. Bahkan tetap di Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.

Gambar cadas yang berusia 51.200 tahun (Sumber: Materi tim peneliti)
Gambar cadas yang berusia 51.200 tahun (Sumber: Materi tim peneliti)

Lukisan gua itu menggambarkan tiga figur menyerupai manusia yang sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan. Bagaimana bisa tahu bahwa umur lukisan itu sekitar 51.200 tahun? Tentu para peneliti menggunakan metode, teknik, dan peralatan modern. Mereka  mengaplikasikan metode analisis mutakhir melalui ablasi laser U-series (LA-U-series) untuk mendapatkan pertanggalan akurat pada lapisan tipis kalsium karbonat yang terbentuk di atas seni hias tersebut.

Gambaran kondisi lingkungan dan gua (Sumber: Materi tim peneliti)
Gambaran kondisi lingkungan dan gua (Sumber: Materi tim peneliti)

Metode analisis

Begitu hasil penelitian tim yang merupakan kerja sama antara Griffith University, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Southern Cross University. Arkeolog Indonesia Adhi Agus Oktaviana menjadi ketua tim. Hasil penelitian mereka akan diterbitkan di jurnal Nature. Jurnal ini cukup bergengsi dan bertaraf internasional.

Metode analisis LA-U-series ini dikembangkan oleh Profesor Maxime Abert, ahli arkeologi di GCSCR bersama dengan koleganya dari Southern Cross University (SCU) di Lismore, Profesor Renaud Joannes-Boyau, ahli arkeogeokimia dari Geoarchaeology and Archaeometry Research Group (GARG).

"Kami sebelumnya menggunakan metode berbasis uranium untuk mencari umur seni cadas di wilayah Sulawesi dan Kalimantan, namun teknik LA-U-series ini menghasilkan data yang lebih akurat karena mampu mendeteksi umur lapisan kalsium karbonat dengan sangat rinci hingga mendekati masa pembuatan seni hias tersebut. Penemuan ini akan merevolusi metode analisis pertanggalan seni cadas," ucap Profesor Aubert.

Sementara menurut Profesor Joannes-Boyau, penentuan umur seni cadas menjadi lebih mendalam dan bisa dipertanggungjawabkan.

Ketua tim peneliti Adhi Agus Oktaviana (Sumber: Dyah Chitraria)
Ketua tim peneliti Adhi Agus Oktaviana (Sumber: Dyah Chitraria)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun