Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Piramida Tertua" di Gunung Padang Terkubur oleh Jurnal Internasional

26 Maret 2024   12:07 Diperbarui: 26 Maret 2024   12:08 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artikel yang ditarik dari onlinelibrary.wiley.com tapi masih bisa dibaca (Sumber: tangkapan layar)

Berita di media tentang penggunaan bahan peledak untuk penelitian Gunung Padang (Sumber: tangkapan layar google)
Berita di media tentang penggunaan bahan peledak untuk penelitian Gunung Padang (Sumber: tangkapan layar google)

Sampel pertanggalan Carbon-14 kok sedimen?

Sampel pertanggalan Carbon-14 kok sedimen atau dengan nama keren lapisan tanah atau lapisan budaya?. Padahal, uji pertanggalan harusnya memakai sampel organik seperti tulang, kayu, atau arang. Sedimen bukanlah 'sentuhan manusia' melainkan bentukan alam. Kalau tulang, kayu, atau arang, pastilah ada sentuhan manusia.

Lihat saja ketika tim itu memperbandingkan usia sedimen yang 9.000 tahun lebih dengan piramida Mesir yang dibangun sekitar 2.500 SM. Ini terasa janggal karena sedimen tidak ada sentuhan manusia (benda alam), sebaliknya piramida Mesir ada sentuhan manusia (benda budaya).

Contoh yang gampang adalah rumah yang kita tempati. Konon menurut hasil pertanggalan Carbon-14, tanah tempat rumah kita itu berumur 2.000 tahun. Apakah rumah kita itu ikut berumur 2.000 tahun, ya nggaklah. Bisa saja orang tua atau kakek-nenek kita membangun rumah itu pada awal abad ke-20.

Tentang tafsiran koin yang ditemukan di Gunung Padang pun terlalu bombastis. Dikatakan bahwa koin yang ada tulisannya itu merupakan jimat dan sudah berusia ribuan tahun. Soalnya koin itu ditemukan di lapisan tanah atau lapisan budaya berusia ribuan tahun. Padahal koin tersebut berupa koin Cent Nederlandsch-Indie loh.

Sekitar 5 kilometer dari Gunung Padang, tim menemukan potongan batu-batu columnar joint. Berdasarkan hal inilah menurut tim, komplek Gunung Padang lebih luas daripada Candi Borobudur. Lah, beberapa kilometer dari Candi Borobobudur saja masih ditemukan artefak. Jadi jelas perbandingannya kurang tepat. Seharusnya Candi Borobudur dibandingkan dengan Gunung Padang atau komplek Candi Borobudur dengan komplek Gunung Padang. Ini baru benar.

Banyak orang bertanya ke saya, apakah benar ada piramida di dalam situs Gunung Padang. Masalah piramida menjadi ramai ketika tim tersebut melaporkan adanya rongga di dalam tanah. Adanya rongga lalu dikaitkan dengan piramida Mesir. Dalam piramida Mesir memang ada rongga untuk menyimpan jenazah dan harta karun. Maklum yang dimakamkan adalah raja dan keluarga raja. Nah di Gunung Padang raja siapakah yang dimakamkan di situ?  

Kontroversi

Setau saya penelitian tentang situs Gunung Padang selalu menuai kontroversi. Penelitian di sini mulai dilakukan sekitar 2011. Namun bukan oleh instansi arkeologi berwenang tetapi oleh tim yang dibentuk oleh Staf Khusus Presiden SBY bidang Sosial dan Bencana. Namanya Tim Katastropik Purba lalu berganti menjadi Tim Terpadu Riset Mandiri.

Begitu aktif dan ambisinya mereka, setiap kegiatan hampir selalu menjadi pemberitaan media. Rupanya mereka ingin mendapatkan hasil yang spektakuler atau fantastis.

Berbagai cara mereka tempuh, terutama untuk mendapatkan dana penelitian. Maklum mereka bermodalkan kekuasaan. Dari Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, nama waktu itu, mereka mendapat bantuan ratusan juta rupiah. Sayang tidak ada pertanggungjawaban keuangan dari pihak mereka.

Sebagaimana dikemukakan Prof. (Ris.) Harry Widianto dalam Facebooknya, "Ketika saya jadi Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kemdikbud antara 2013-2018, saya sempat berhadapan dengan grup ini terkait penelitian Gunung Padang. Mereka mau gali teras 4 dan 5, teras tertinggi. Saya tidak izinkan. Dengan jalan yang berliku, akhirnya saya hanya izinkan untuk ngebor," demikian kata Harry Widianto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun