Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia Purba Harus Berlari untuk Bertahan Hidup

22 Oktober 2023   08:11 Diperbarui: 22 Oktober 2023   08:22 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Sangiran, banyak koleksi tentang manusia purba dan lingkungannya ada di sini (Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Homo erectus merupakan salah satu spesies manusia yang pernah menghuni bumi. Perubahan iklim dan lingkungan perlahan-lahan selama jutaan tahun telah membuat spesies tersebut gagal beradaptasi dan punah.   

Bipedalisme (berjalan dengan dua kaki), mengubah cara bergerak manusia purba, termasuk berlari. Beberapa fosil Homo menunjukkan ciri bipedal mirip manusia modern. Bipedalisme adalah perubahan penting dalam evolusi manusia yang awalnya hidup dengan empat kaki. Dimulailah sebuah keterampilan baru: berlari dengan posisi tubuh berdiri tegak.    

Manusia purba tak berhenti mengejar mangsa sampai hewan buruan lelah. Ini disebut 'kegigihan berburu' yang dilakukan pemburu zaman purba dua juta tahun lalu. Metode ini digunakan oleh manusia purba Rarmuri untuk berburu rusa di pegunungan Meksiko utara, dan Aborigin yang berburu kanguru di Australia. Bushmen Kalahari menggunakan teknik ini satu dekade lalu. Mereka harus bisa berlari dengan kecepatan rata-rata 9:40 menit/mil untuk melintasi lebih dari 20 mil (32 km) di medan berbukit dan berpasir dalam suhu 107 derajat. Bukan cuma kecepatan, daya tahan dalam berlari adalah kunci untuk bisa bertahan hidup.

Kubah besar

Pada awalnya Sangiran adalah suatu kubah besar yang memiliki cekungan raksasa yang terbentuk karena erosi di bagian puncaknya. Ditemukan pada 1883 dan ditetapkan sebagai Early Man Site penting pada 1996 oleh UNESCO. Sangiran berdiri sejajar bersama situs Zhoukoudian (Cina), Willandra Lakes (Australia), Olduvai Gorge (Tanzania), dan Sterkfontein (Afrika Selatan). Bahkan dianggap lebih baik dalam penemuan, karena hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 100 individu Homo erectus, yang mengukuhkan Sangiran sebagai kontributor manusia purba terbesar di dunia. Lebih dari 50 persen Homo erectus yang ditemukan di dunia diwakili Homo erectus Sangiran.

Tugas kita sekarang adalah menjelaskan asal-usul kehadiran manusia di dunia dengan mempopulerkan Sangiran, sekaligus mengabarkan kepada dunia betapa bernilainya situs ini. Diharapkan kita mampu menjaga, menyelamatkan, dan melestarikan situs yang menjadi "missing-link" dalam proses evolusi manusia ini.  Semoga kegiatan SangiRun, yang diisi dengan lomba lari, festival budaya, pasar seni, dan pesta kuliner berkontribusi besar untuk pelestarian situs Sangiran.***

               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun