Benteng Victoria at au Benteng Nieuw Victoria adalah bangunan peninggalan Portugis yang terletak di pusat Kota Ambon, Provinsi Maluku. Benteng pertahanan tertua di Ambon ini dibangun pada 1575, ketika masa pemerintahan Gubernur Gaspar de Mello. Peletakan batu pertama benteng dilakukan oleh Panglima Armada Portugis Sanchode Vasconselos pada 23 Maret 1575.
Setahun kemudian, tepatnya pada 25 Maret 1576, dilakukan penahbisan benteng yang diberi nama "Nossa Senhora da Anunciada". Anunciada bermakna Hari Kenaikan Isa Almasih. Pada 1600, Belanda datang ke Maluku dan berusaha merebut benteng ini dari Portugis, tetapi gagal. Barulah pada 1605 Belanda di bawah komando Steven van der Haghen berhasil merebut benteng tersebut, lalu mengganti namanya menjadi "Victoria".Â
Setelah itu, pada 1690-1754, benteng tersebut direstorasi. Ini karena pada Agustus-September 1754 Benteng Victoria rusak karena gempa. Pada 1574-1785, Benteng Victoria direstorasi, namanya pun diganti "Nieuw Victoria". Sebelumnya pada 17 Februari 1674 Benteng Victoria juga pernah rusak karena gempa.
Begitulah terungkap dari seminar dan webinar tentang Benteng Nieuw Victoria oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX di Ambon pada Senin, 25 September 2023.
Barak militer
Narasumber pertama, Bapak Rustam Hayat, lebih lanjut mengatakan bahwa VOC membangun beberapa bangunan di dalam benteng yang dimanfaatkan untuk kepentingan militer dan sebagai tempat bermukim. Bangunan-bangunan tersebut di antaranya adalah barak, gudang senjata, dan gudang peluru. Di antara bangunan-bangunan tersebut, ada yang masih berdiri meski banyak yang telah roboh. Bangunan yang masih ada hingga kini, misalnya pos prajurit penjaga dan gudang senjata. Selain bangunan, dinding benteng juga masih berdiri kokoh, termasuk salah satu pintu gerbangnya.
Sebagaimana dikutip dari https://jalurrempah.kemdikbud.go.id, pada 17 Februari 1795, Walikota Alexander Cornabe menyerahkan benteng ini tanpa perlawanan kepada Laksamana Inggris Rainier. Pada 1802 Belanda mendapatkan kembali daerah jajahannya dari Inggris dan pada 25 Maret 1817, benteng ini diserahkan secara resmi kepada Belanda oleh Inggris.
Menurut informasi, masyarakat sekitar lebih akrab dengan nama Benteng Kota Laha, yang berarti benteng di Teluk Laha. Benteng Victoria menjadi saksi dari dua peristiwa besar, yaitu Perlawanan Pattimura dan Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan). Â
Kodam Pattimura
Saat ini Benteng Victoria dikelola oleh Kodam XVI Pattimura dan berfungsi sebagai markas Asrama TNI dan Markas Batalion Kavaleri Kodam XVI Pattimura. Di dalamnya digunakan untuk perkantoran, perumahan dinas, garasi kendaraan berat, rumah ibadah, dan area latihan. Bahkan terdapat beberapa bangunan baru untuk menunjang fungsi sebagai markas militer.
Disayangkan oleh dinas terkait, sebagaimana penuturan Bapak Rustam, bangunan-bangunan yang ada di dalam benteng banyak yang letaknya berhimpitan dengan struktur asli benteng yang masih ada seperti bastion dan dinding benteng sehingga mengurangi nilai cagar budaya situs tersebut.
Kata Pak Rustam, kendaraan berat yang berlalu lalang di dalam benteng akan berdampak negatif terhadap sisa struktur benteng asli karena getaran yang ditimbulkan dapat menyebabkan kerusakan pada struktur asli benteng yang masih tersisa.
Seorang penanya, dosen Pendidikan Sejarah, mengatakan pihaknya sulit membawa para mahasiswa ke lokasi benteng. Padahal, maksudnya untuk pembelajaran mahasiswa. "Hal seperti ini perlu menjadi perhatian pihak pemerintah provinsi," katanya. Beliau membandingkan Benteng Victoria dengan Benteng Vredeburg di Yogyakarta dan Benteng Fort Rotterdam di Makassar yang telah difungsikan menjadi objek wisata dan objek pendidikan. Ia berharap Benteng Victoria akan seperti itu.
Selain Pak Rustam, dalam seminar dan webinar berbicara Ibu Ni Ketut Wardhani dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kemendikbudristek; Bapak Agung Wibowo dari Prancis; dan Bapak Wim Manuhutu dari Amsterdam. Kita harapkan Benteng Victoria sedikit demi sedikit akan dikosongkan oleh pihak TNI. Untuk mencari lokasi pengganti memang tidak mudah. Namun, demi pendidikan dan pariwisata daerah, tentu semua pihak harus saling membantu atau gotong royong.
Pihak dinas terkait sendiri sudah membentuk Tim Ahli Cagar Budaya Kota Ambon untuk merekomendasikan penetapan objek-objek diduga cagar budaya di dalam benteng untuk menjadi cagar budaya.
   Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H