Disayangkan oleh dinas terkait, sebagaimana penuturan Bapak Rustam, bangunan-bangunan yang ada di dalam benteng banyak yang letaknya berhimpitan dengan struktur asli benteng yang masih ada seperti bastion dan dinding benteng sehingga mengurangi nilai cagar budaya situs tersebut.
Kata Pak Rustam, kendaraan berat yang berlalu lalang di dalam benteng akan berdampak negatif terhadap sisa struktur benteng asli karena getaran yang ditimbulkan dapat menyebabkan kerusakan pada struktur asli benteng yang masih tersisa.
Seorang penanya, dosen Pendidikan Sejarah, mengatakan pihaknya sulit membawa para mahasiswa ke lokasi benteng. Padahal, maksudnya untuk pembelajaran mahasiswa. "Hal seperti ini perlu menjadi perhatian pihak pemerintah provinsi," katanya. Beliau membandingkan Benteng Victoria dengan Benteng Vredeburg di Yogyakarta dan Benteng Fort Rotterdam di Makassar yang telah difungsikan menjadi objek wisata dan objek pendidikan. Ia berharap Benteng Victoria akan seperti itu.
Selain Pak Rustam, dalam seminar dan webinar berbicara Ibu Ni Ketut Wardhani dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kemendikbudristek; Bapak Agung Wibowo dari Prancis; dan Bapak Wim Manuhutu dari Amsterdam. Kita harapkan Benteng Victoria sedikit demi sedikit akan dikosongkan oleh pihak TNI. Untuk mencari lokasi pengganti memang tidak mudah. Namun, demi pendidikan dan pariwisata daerah, tentu semua pihak harus saling membantu atau gotong royong.
Pihak dinas terkait sendiri sudah membentuk Tim Ahli Cagar Budaya Kota Ambon untuk merekomendasikan penetapan objek-objek diduga cagar budaya di dalam benteng untuk menjadi cagar budaya.
   Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H