Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dalam Pengasingan di Bengkulu, Sukarno Pernah Menulis Empat Tonil

15 Agustus 2023   07:45 Diperbarui: 16 Agustus 2023   05:10 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Jaka Perbawa sedang memandu tamu undangan di ruang pameran (Dokpri)

Peristiwa setelah proklamasi 1945 cukup beragam. Hal ini bisa dilihat pada info berikut:

  • Pada 4 Januari 1946 pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta
  • Pada 1 Januari 1947 Belanda menggempur Palembang menggunakan lapis baja
  • Pada 16 Juni 1948 Presiden Sukarno berpidato di Hotel Aceh, Kutaraja, untuk propaganda dana pembelian pesawat Dakota.
  • Pada 13 Juli 1949 di Yogyakarta Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatera yang diketuai Sjafruddin Prawiranegara mengembalikan kekuasaan ke Sukarno dan Moh. Hatta.
  • Pada 28 September 1950 Indonesia bergabung dengan PBB sebagai anggota ke-60.
  • Pada 1951 Ahmad Soebardjo menjadi delegasi Indonesia dalam Perjanjian San Francisco yang membahas Perjanjian Damai dan Pampasan Perang dengan Jepang.
  • Pada 20 September 1952 peresmian Masjid Syuhada di Yogyakarta, sebagai monumen untuk memperingati jasa dan pengorbanan para syuhada dan pejuang kemerdekaan.
  • Pada 31 Juli 1953 pembentukan Kabinet Ali Sastroamidjojo untuk memperkuat politik luar negeri Indonesia dalam mendukung perjuangan negara-negara Asia Afrika.   

Ilustrasi tentang bom atom di Jepang berikut suara naskah proklamasi (Dokpri)
Ilustrasi tentang bom atom di Jepang berikut suara naskah proklamasi (Dokpri)

Dari narasi-narasi di atas terlihat betapa beratnya untuk memperjuangkan kemerdekaan sekaligus mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kita yang hidup pada masa kini tentu saja harus mengisi kemerdekan itu dengan berbagai kegiatan positif.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun