Semua berawal dari depan sebuah kantor tempat Gan Djie bekerja sehari-hari. Di depan kantor tersebut, sering kali berteduh para pedagang keliling dan kuli. Karena kelelahan akibat sulit mendapatkan air minum, maka Gan berinisiatif untuk menyediakan air teh untuk warga yang kehausan.
Di depan kantor tersebut, setiap pagi dan sore, kemudian dipasang sejumlah meja kecil untuk meletakkan teko dan cangkir. Agar cukup, Gan meletakkan delapan teko. Dalam dialek Hokkian delapan disebut pa. Nah, itulah asal nama Patekoan atau Delapan Teko. Â
Pada 2022 ketika melewati Pancoran Tea House saya melihat di depan gedung tersedia teko dan cangkir. Entah tahun-tahun sebelumnya, saya tidak perhatikan. Tentu saja untuk mereka yang kehausan.
Selembar kertas usang ternyata mampu menambah narasi atau menjadi bukti sejarah adanya Apotek Chung Hwa yang kini telah beralih fungsi.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H