Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perlu Wisata Eksklusif di Pulau Onrust, Jangan Wisata Massal

21 Juni 2023   06:51 Diperbarui: 21 Juni 2023   19:41 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa referensi tentang Pulau Onrust (Foto: Dokumentasi pribadi)

Beberapa referensi tentang Pulau Onrust (Foto: Dokumentasi pribadi)
Beberapa referensi tentang Pulau Onrust (Foto: Dokumentasi pribadi)

Wisata

Sejak lama wisatawan maupun masyarakat awam sering datang ke sini, di antaranya para pemancing. Dulu di pulau ini hanya ada satu "makam keramat", mungkin saat ini ada 3. Entah siapa tokoh itu. Ada pendapat Kartosuwirjo. Namun ada yang menyanggah karena Kartosuwirjo tidak dihukum mati di Onrust, mungkin di pulau lain.

Tapi yang jelas, kita harus memperhatikan daya dukung lingkungan Pulau Onrust. Seandainya ada wisata massal, tentu kondisi pulau yang hanya bertumpu pada karang, sangat mengkhawatirkan. Selain menahan beban, alas kaki wisatawan atau pengunjung akan membawa butiran-butisan pasir dari sana.

Jembatan di Pulau Onrust kondisi 1986 (Foto: Dokumentasi pribadi)
Jembatan di Pulau Onrust kondisi 1986 (Foto: Dokumentasi pribadi)

Untuk itu perlu wisata eksklusif dengan menginap di Pulau Onrust. Dengan peserta yang tidak terlalu banyak, tentu ada kesan tersendiri. Apalagi menginap di tenda atau tempat yang disediakan oleh pengelola. Tentu saja harus dipandu oleh orang-orang yang mengerti cerita sejarah Pulau Onrust.

Sekali lagi, hati-hati menyelenggarakan wisata massal. Jangan sampai Pulau Onrust hanya tinggal nama, seperti pulau-pulau di sekitar situ. Ada beberapa pulau yang hilang karena pasirnya diambili untuk pembangunan Bandar Udara Sukarno-Hatta. Malah pasir di Pulau Kelor untuk membangun bandar udara di Singapura.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun