Harga sebuah koleksi mata uang, baik uang kertas maupun uang logam (koin), ditentukan oleh kondisi koleksi tersebut. Harga pun tergantung pada keunikan dan kelangkaan.Â
Makin unik dan langka tentu semakin mahal. Contoh keunikan yang sering djumpai adalah salah cetak dan salah potong. Sedangkan contoh kelangkaan adalah uang yang dicetak masa 1945 dan masa sebelumnya.
Koin bertuliskan 1945 masih banyak dijumpai di pasaran. Dulu koin ini dicetak paling banyak dibandingkan emisi-emisi sebelumnya. Karena banyak, tentu saja berharga lebih murah.
Soal kondisi uang, inilah yang belum diperhatikan oleh masyarakat. Mereka hanya melihat koleksi dari segi emisi atau bentuk. Mereka pikir harga bisa dipukul rata.
Sedihnya, mereka pun percaya hoaks. Terlebih bila sebuah 'uang kuno' berharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Banyak postingan demikian di media sosial dan 'marketplace'. Padahal 'uang kuno' yang mereka posting dalam kondisi jelek.
Tingkat kondisi
Sekadar gambaran, dunia perkoleksian mengenal beberapa tingkat kondisi atau 'grade'. Secara singkat tingkat kondisi dalam perkoleksian adalah
- Sangat bagus (bagus sekali),
- Bagus,
- Cukup bagus, dan
- Kurang bagus.
Sebenarnya kalau dirunut lagi, setiap kondisi masih bisa dipilah lagi. Namun untuk masyarakat awam, cukup mengenal 4 tingkat kondisi tadi.
Koleksi yang paling diburu kolektor tentu saja berkondisi paling bagus. Saya beri contoh koin 1 Cent bolong seperti pada foto.
Koleksi yang sudah diberi 'coin holder' dan kapsul dikenal dengan istilah lustre atau luster. Koleksi itu baru dibuka dari gulungan, belum pernah dipakai bertransaksi, dan belum pernah dicuci.Â