Pada 22 November 2022 lalu seorang warga menemukan sebuah batu kuno di sekitar gerbang tol Pakis, Malang. Namun bukan sekadar batu kuno. Batu kuno itu memiliki tulisan yang sulit dimengerti masyarakat awam.
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) di Jawa Timur yang berkedudukan di Trowulan segera menindaklanjuti laporan warga.Â
Sejak 1 November 2022 BPCB berganti nama menjadi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI. Jadi menangani juga benda budaya dalam bentuk takbenda. Maklum, BPK merupakan gabungan BPCB dan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB).
Prasasti Ampeldento
Karena prasasti tersebut ditemukan di Desa Ampeldento, Kecamatan Pakis, Malang, maka dinamakan Prasasti Ampeldento.Â
Memang ada kaidah untuk menamakan sebuah prasasti. Selain berdasarkan tempat ditemukannya prasasti, dalam hal ini Desa Ampeldento, penamaan prasasti juga berdasarkan nama bangunan atau nama pejabat yang disebutkan dalam prasasti.
Sayang, temuan Prasasti Ampeldento, hanya berupa pecahan. Dalam hal ini bagian tengah prasasti. Bagian atas dan bagian prasasti belum ditemukan. Semoga segera ditemukan agar pembacaan semakin lengkap sehingga memperkaya penyusunan sejarah kuno Nusantara.
Potongan prasasti itu memuat tiga baris kalimat dalam aksara dan bahasa Jawa kuno. Berdasarkan pembacaan Ismail Lutfi, Prasasti Ampeldento memiliki angka tahun, yakni 1271 Saka.Â
Dulu penanggalan Saka dipakai di Nusantara. Untuk mendapatkan tahun Masehi, kita harus menambahkan 78 tahun. Jadi 1271 Saka identik dengan 1349 Masehi. Kalau melihat data sejarah, masa itu berkuasa Kerajaan Majapahit.
Mpu Glen
Yang menarik, prasasti itu menyebut nama Mpu Glen. Nama ini belum pernah disebutkan dalam sumber tertulis lain. Siapakah sosok Mpu Glen itu?Â
Menurut Ismail Lutfi, diduga Mpu Glen punya hubungan erat dengan Raja Kertanegara, penguasa terakhir Kerajaan Singhasari atau Kerajaan Tumapel.
Adakah hubungan Mpu Glen dengan Mpu Mada atau Gajah Mada, juga belum jelas. Gajah Mada adalah patih terkenal dari Kerajaan Majapahit.
Ismail Lutfi bisa membaca tulisan kuno itu karena ia seorang epigraf atau ahli membaca prasasti. Ia aktif dalam organisasi profesi Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia dan Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia.
Ada beberapa aksara aus atau rusak. Namun kalau sedikit masih bisa direka-reka. Dalam dunia epigrafi, biasanya aksara yang hilang diberi tanda titik-titik atau tanda hubung.
Kita belum tahu sebab-sebab dikeluarkannya prasasti tersebut karena bagian atas belum ditemukan. Kita juga belum bisa memastikan apakah ada sumpah bagi siapa saja pelanggar isi prasasti.
Prasasti Ampeldento kemungkinan bisa dihubungkan dengan Prasasti Gajah Mada karena sezaman. Kita harapkan pula ada temuan prasasti lain yang sezaman sehingga membuka tabir sosok Mpu Glen.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI