"Apakah benar yang dipegang Bhima adalah lato-lato? Mari berdiskusi di akhir pekan yang bahagia ini," demikian postingan itu. Arca Bhima yang ada dalam gambar berasal dari koleksi Victoria and Albert Museum, London.
'Apakah mungkin itu testis atau alat upacara?," demikian postingan lain.
Yang menarik, Museum Victoria dan Albert, sebagaimana Wikipedia, adalah museum desain dan seni dekoratif terbesar di dunia. Jumlah koleksi di sana lebih dari 4,5 juta objek. Museum ini dibangun pada 1852 untuk menghormati Pangeran Albert dan Ratu Victoria.
Saya coba berdiskusi dengan teman saya Prof. Agus Aris Munandar, seorang Guru Besar Arkeologi di UI. Beliau seorang pakar ikonografi atau pengetahuan mengenai arca kuno.
Kata Prof. Agus, itu merupakan senjata yang disebut 'bandringan'. Pemakaiannya dengan cara diputar-putar lalu dilemparkan kepada musuhnya.
Menurut beliau, arca itu berasal dari masa Kerajaan Majapahit, ditemukan di sekitar Kediri-Tulungagung. Kemungkinan besar arca itu dibawa oleh Raffles sewaktu menjadi penguasa Jawa.
Bukan hanya arca itu, Raffles pun pernah membawa koin, prasasti, dan artefak lain ke Inggris dan negara jajahannya.
Semoga benda-benda purbakala yang dibawa Raffles ke beberapa negara itu, akan dikembalikan ke Indonesia sebagaimana program yang sedang dicanangkan.
Arca Bhima banyak ditemukan pada era Majapahit. Ini karena Bhima simbol dari Gajah Mada. Perhatikan saja perawakan kedua tokoh, sering digambarkan tinggi besar. Gajah Mada adalah mahapatih terkenal dari Kerajaan Majapahit.
Soal arca Bhima bisa dilihat dari penelitian Rr. Triwurjani pada 1987. Menurut arkeolog dari BRIN ini, di Jawa pada abad ke-14---15 pernah ada pemujaan terhadap tokoh Bima.
Arca-arca tersebut mempunyai ciri-ciri berbadan tegap, mata melotot, berkumis, memperlihatkan sebagian phallus (kemaluan), mempunyai hiasan kepala bentuk supit urang, dan berkuku panjang (pancanaka).***Â