Uang yang paling diminati para kolektor uang atau numismatis tentu saja yang berada dalam kondisi bagus. Untuk uang kertas, berada dalam grade Uncirculated (Unc). Kalau tidak ada Unc, biasanya dalam grade aUnc, singkatan dari Almost Unc (=Hampir Unc).
Uang kertas ber-grade Unc berarti belum pernah dipakai bertransaksi, seperti halnya mint dalam istilah filateli. Uang Unc masih mulus, kaku, dan keempat sudut masih runcing. Untuk uang yang masih beredar, uang Unc bisa diperoleh dengan cara menukar di bank.
Biasanya harus menukar dalam satu gepok dengan selongsong bertuliskan Bank Indonesia. Itu berarti uang tersebut belum pernah dipakai bertransaksi atau benar-benar baru. Â
Banyak bank juga memiliki uang gepokan berisi 100 lembar dengan selongsong bertuliskan nama bank tersebut. Nah itu berarti uang tersebut pernah dipakai bertransaksi.
GulunganÂ
Begitu juga uang logam atau koin. Yang diminati para kolektor berasal dari roll atau gulungan yang masih bertuliskan Bank Indonesia.
Sebagai kolektor, kita cukup mengambil satu atau beberapa lembar/keping. Kecuali kalau kita memang berniat jualan atau sebagai investasi masa depan. Kita harus menyimpannya dalam jumlah banyak. Â
Foto di atas memperlihatkan koin dalam bentuk gulungan dan uang kertas dalam gepokan. Benar-benar belum pernah dipakai bertransaksi. Jadi menjadi benda layak koleksi.
Untuk uang yang masih relatif baru dan sudah ditarik dari peredaran, kita bisa mendapatkannya di pedagang uang lama. Tentu saja harganya sudah di atas harga nominal. Sekadar gambaran, segepok uang Rp 1.000 bergambar Pattimura dijual sekitar Rp 125.000. Padahal, modal dasar hanya Rp 100.000. Yah wajarlah pedagang mencari keuntungan.
Grade yang banyak dicari
Dalam mata uang kertas grade tertinggi adalah Unc. Di bawah itu ada yang menyebutnya aUnc. Sebenarnya kondisi Unc dan aUnc relatif sama. Hanya pada uang aUnc timbul bercak coklat, pertanda uang itu lama disimpan.
Kondisi di bawah Unc adalah EF (Extra/Extremely Fine) dan VF (Very Fine). Bila uang kertas tersebut termasuk jarang ditemukan di pasaran, biasanya grade F (Fine) pun dicari kolektor.
Untuk koin, grade yang yang paling banyak dicari adalah lustre atau luster. Ini bisa dikatakan sama dengan Unc pada uang kertas. Di bawahnya ada grade semi-lustre. Grade lustre atau semi-lustre belum pernah dipakai bertransaksi. Bedanya kondisi semi-lustre ada sedikit noda seperti noda hitam semacam karat hasil oksidasi dengan udara. Kemungkinan koleksi itu pernah disimpan dalam kondisi bertumpuk.
Sayang masyarakat awam hanya tahu 'uang kuno'. Biarpun dalam kondisi berkarat atau terlipat, mereka sering kali menawarkan pada marketplace atau media sosial. Misalnya di Facebook pada grup Jual Beli Uang Kuno. Saya lihat mereka sering posting koleksi 'uang kuno' yang berada dalam kondisi berkarat, kotor, sobek, terlipat, bahkan masih berusia muda (dikeluarkan pada masa 1970-an). Laku gak yah, harga tertinggi angkut, atau berani tawar berapa, itulah postingan mereka. Adakah yang beli? Tentu saja tidak. Malah mereka di-bully oleh anggota grup yang paham koleksi uang.
Beda sekali dengan pedagang uang yang posting di grup itu. Mereka menyebutkan kondisi koleksi sekaligus harga, bahkan kartu anggota organisasi numismatik.
Perlu diketahui, tidak semua 'uang kuno' berharga mahal. Ada beberapa koleksi yang berkondisi Unc atau lustre berharga di bawah Rp 10.000 selembar/sekeping. Memang ada yang berharga ratusan ribu hingga jutaan selembar/sekeping. Namun sebagai kolektor, apalagi pemula, tentu harus disesuaikan dengan kemampuan kantong kita.***
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H