'Raja Jalanan' di Jakarta boleh dibilang sepeda motor. Sejak beberapa tahun lalu jumlah sepeda motor di Jakarta semakin bertambah. Terutama sejak tumbuhnya ojek daring dan penjualan daring. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan akibat PHK, beralih menjadi pengemudi ojek daring, baik untuk mengantar penumpang maupun barang. Hal lain yang membuat membludaknya sepeda motor antara lain kemudahan membeli secara kredit.
Di pihak lain kita tahu bahwa Jakarta adalah 'kota macet', terlebih pada lokasi tertentu dan jam tertentu. Karena ingin cepat sampai tujuan maka berbagai cara digunakan pesepeda motor. Salah satu cara menerobos jalur bus Transjakarta.
Karena menggunakan jalur khusus tentu perjalanan akan lebih cepat. Sejumlah mobil juga sering terlihat melakukan hal serupa.
'Raja Jalanan'
Betapa sepeda motor sejak lama menjadi 'raja jalanan' di Jakarta. Apabila macet, mereka sering menggunakan pedestrian atau trotoar. Bayangkan betapa kesulitannya masyarakat yang sering berjalan kaki. Jalan mereka diserobot pesepeda motor. Memang ada Koalisi Pejalan Kaki yang peduli, namun setelah pergi, pedestrian kembali 'dikuasai' pesepeda motor.
Sejak beberapa tahun lalu pemprov DKI Jakarta membangun jalur sepeda. Tujuannya antara lain untuk menghasilkan udara bersih. Apalagi ketika itu sudah banyak masyarakat yang menggunakan sepeda untuk berangkat ke kantor. Bike to work, istilah mereka.
Sejak pembangunan jalur khusus sepeda di sepanjang Jalan Thamrin-Sudirman, pembangunan di tempat-tempat lain mulai dilakukan. Kini ada beberapa wilayah yang memiliki jalur sepeda.
Dulu tidak ada pembatas untuk jalur sepeda. Karena itu banyak masyarakat menilai pembangunan jalur sepeda mobazir. Bayangkan, banyak motor dan bajaj parkir di jalur sepeda. Begitu pula mobil.
Maka pernah ada wacana pihak Polri akan membongkar jalur sepeda permanen. Alasan utama, mempersempit ruang jalan untuk kendaraan bermotor. Sepengamatan saya, wacana itu tidak kesampaian. Malah pembangunan jalur sepeda mulai meluas. Bahkan jalur selebar lebih dari satu meter itu dilengkapi penanda dan pembatas bewarna oranye.
Jam sibuk
Jika jam sibuk, jalur sepeda sering digunakan pesepeda motor. Nah, terbukti lagi sebagai 'raja jalanan'. Saya sering melihat hal ini di Jalan Perintis Kemerdekaan. Karena dikuasai sepeda motor, pesepeda justru melintas di jalur biasa. Bukan di jalur khusus. Mereka takut bahaya karena banyaknya pemotor yang melintas.
Agar jalur khusus sepeda benar-benar bermanfaat, saya rasa perlu ada aturan khusus. Pesepeda motor pun dituntut memiliki kedisiplinan tinggi untuk tidak menggunakan jalur sepeda. Aparat penegak hukum perlu bertindak tegas.
Memang jumlah pesepeda masih jauh lebih sedikit daripada pesepeda motor. Untuk itu perlu insentif, misalnya menjual sepeda dengan harga murah. Para pegawai, pedagang, siswa, mahasiswa, guru, dan lain-lain tentu harus mau menggunakan sepeda. Terutama yang lokasi kantor atau tempat berdagangnya tidak terlalu jauh.
Yang penting perlu ada Gerakan Bersepeda Sehat. Jangan bersepeda ketika Hari Bebas Kendaraan Bermotor saja. Semoga Jakarta menjadi kota bersih.*** Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H