Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jalur Khusus Sepeda di Jakarta, Mubazir atau Bermanfaat buat Masyarakat?

15 Oktober 2022   10:56 Diperbarui: 15 Oktober 2022   10:57 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umumnya moda transportasi di Jakarta berupa kendaraan bermotor atau bermesin. Jarang sekali berupa kendaraan non bermotor. Dulu pernah ada delman (dengan tenaga kuda) dan becak (dengan tenaga manusia). Namun seiring perkembangan Jakarta, kedua jenis kendaraan itu dihapus karena dianggap menjadi salah satu biang kemacetan.  

Karena sering mengalami macet, terutama saat jam kerja, maka kemudian lahir komunitas sepeda. Mereka menaiki sepeda untuk mencapai tempat kerja masing-masing. Komunitas itu dikenal dengan nama Bike to Work.

Buat sementara orang, sepeda menjadi pilihan utama, terutama yang berjarak dekat. Bersepeda ibarat berolahraga, hampir sama dengan berjalan kaki.

Di Belanda sepeda sudah menjadi alat transportasi utama. Banyak warga Belanda selalu menggunakan sepeda, meskipun ia berdasi. Di sana ada jalur khusus sepeda yang tentu saja menguntungkan para pesepeda. Apalagi tingkat kedisiplinan mereka sudah tinggi.

Jalur sepeda 

Bertahun-orang orang membayangkan kapan Jakarta punya jalur sepeda. Dengan bersepeda, maka badan sehat. Selain itu sepeda tidak berpolusi sehingga ramah lingkungan. Bahkan membuat jalan tidak macet.

Baru beberapa tahun lalu jalur sepeda dibuat di Jalan Sudirman-Thamrin. Di kedua ruas jalan itu memang banyak terdapat perkantoran. Selanjutnya jalur sepeda dibuat di beberapa jalur, hampir di seluruh wilayah Jakarta.

Jalur sepeda memiliki lebar sekitar 1,5 meter dan terdapat pada bagian kiri jalan. Ciri khas lain berwarna hijau dan dilengkapi gambar sepeda.  Saat ini terdapat lebih dari 20 jalur sepeda dengan panjang lebih dari 100 kilometer.

Penyediaan jalur sepeda bertujuan mewujudkan kota Jakarta yang lebih ramah lingkungan.  Juga agar warga dapat lebih nyaman menggunakan sepeda dalam beraktivitas sehari-hari. Bayangkan kalau bersatu dengan jalur kendaraan bermotor.  

Sejak pandemi Covid-19 memang penggunaan sepeda semakin meningkat. Warga menggunakan sepeda untuk olahraga, rekreasi, dan kegiatan sehari-hari. Penggunaan sepeda terbanyak biasanya terjadi saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor.

Pesepeda melintasi jalur permanen di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin (Sumber: KOMPAS.com/Muhamad Isa Bustomi)  
Pesepeda melintasi jalur permanen di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin (Sumber: KOMPAS.com/Muhamad Isa Bustomi)  

Permanen

Beberapa ruas jalan sudah memiliki jalur khusus sepeda secara permanen. Ini ditandai dengan pemasangan beton, tiang, atau patok plastik. Dengan pagar pelindung maka pesepeda akan aman dari kendaraan bermotor.

Menurut laman Dinas Perhubungan, pembangunan jalur permanen ini bertujuan menjadikan sepeda sebagai alternatif transportasi dalam perjalanan first mile dan last mile. "Jalur sepeda ini untuk menunjang kebijakan transportasi yang berorientasi transit, memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat pesepeda di wilayah DKI Jakarta," begitu kata Kepala Dishub DKI Jakarta.

Masih sedikit

Pembangunan jalur khusus sepeda pernah menjadi polemik. Soalnya, banyak warga masih jarang sekali menggunakan sepeda untuk beraktivitas. Akibatnya jalur sepeda yang sudah dibuat dengan biaya besar jarang sekali dilewati pesepeda. Mubazir, kata mereka. Malah jalur tersebut digunakan untuk pemotor dan menjadi  lahan parkir motor/bajaj. Semoga harga sepeda akan murah sehingga masyarakat mampu membeli sepeda. Dengan demikian jalur sepeda akan bermanfaat.  

Beberapa hari lalu saya melewati Jalan Perintis Kemerdekaan ke arah Senen. Jalur sepeda terlihat kosong. Ada beberapa pedagang kecil memang melalui jalur tersebut. Yang terbanyak melewati jalur tersebut justru sepeda motor. Nah sepeda motor memang 'penguasa' jalan. Jalur pejalan kaki dan jalur TransJakarta sering kali mereka kuasai. Kini jalur sepeda.  

Jalur sepeda tersebut sudah dibatasi tiang. Karena itu angkot JakLingko harus berhenti di dekat tiang sehingga mengganggu arus lalu lintas di belakangnya.

Kalau jalur sepeda sering dimanfaatkan warga tentu sangat baik. Sebanding dengan biaya yang sudah dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta. Semoga Jakarta bisa meniru Belanda sebagai Kota Sepeda.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun