Seni lukis kopi
Kopi bukan hanya enak diminum. Ternyata bubuk kopi bisa dipakai untuk melukis, seperti yang dilakukan Gus Sofyan, salah seorang peserta pameran. Bubuk kopi yang dipakai difermentasi terlebih dulu. Ada beberapa jenis kopi yang ia pakai sebagai sarana melukis. Karena itu ada berbagai warna yang dihasilkan, umumnya coklat.
Sketsa atau lukisan berukuran kecil bisa ia selesaikan dalam waktu satu jam. Dalam satu hari, ia pernah menghasilkan 15 lukisan. "Tergantung mood," katanya.
Kopi sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Diyakini, kopi masuk ke Nusantara melalui bangsa Belanda. Pada 1690 bangsa Belanda mulai mendistribusikan dan membudidayakan biji kopi secara komersial di Ceylon (sekarang Srilanka) dan Jawa. Di Jawa biji kopi dikultivasi secara besar-besaran oleh pemerintah kolonial. Pada 1699 kopi pertama kali ditanam di Priangan (Jawa Barat) oleh VOC.
Sebelum masuk ke Jawa, ternyata beberapa negara Eropa sudah mengenal kedai kopi, antara lain Italia (1645), Inggris (1652), dan Prancis (1672). Bahkan kopi berhasil menggantikan bir sebagai minuman favorit.
Cerita tentang kopi tentu beragam. Di negeri kita terdapat puluhan spesies kopi. Namun yang dianggap memiliki nilai perdagangan adalah kopi robusta dan kopi arabika.
Tidak dimungkiri ada kopi murah dan kopi mahal. Kalau dibudidayakan secara masal dan di dataran rendah, kopi akan berharga murah. Sebaliknya kalau jenis kopi hanya bisa tumbuh di dataran tinggi, biasanya berharga mahal.
Murah mahalnya minuman kopi juga tergantung tempat. Kalau kelas warung tentu murah. Beda dengan kelas kafe. Begitu pun soal sebutan. Kalau 'kopi hitam' akan murah, dan akan mahal bila menjadi 'black coffee'. Kopi pun telah menjadi bagian dari gaya hidup.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H