Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melestarikan Warisan Dunia Sangiran Lewat Lomba Lari SangiRun

11 Agustus 2022   07:40 Diperbarui: 13 Agustus 2022   09:03 1664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan SangiRun 2021, berlari di malam hari diterangi cahaya obor (Sumber: sangirun.com)

Setelah tahun lalu sukses dengan SangiRun Night Trail, tahun ini Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek kembali menggelar acara serupa di Situs Sangiran, Jawa Tengah. Kegiatan akan berlangsung selama tiga hari, dari 16 September 2022 hingga 18 September 2022. SangiRun adalah lomba lari berskala internasional untuk profesional sejauh 25 km yang diadakan malam hari.

Ada pula lari gembira dengan jarak 4 km. Rute pendek yang menyenangkan ini akan diikuti pejabat pusat, pejabat daerah, selebgram, dan influencer. Hadiah lomba cukup menarik. Diharapkan SangiRun akan berkelanjutan dan menjadi kalender kegiatan tahunan.

Namun berbeda dengan lomba lari biasa pada siang hari, SangiRun mengusung konsep olahraga dan kebudayaan. Bahkan tontonan dan hiburan karena para pelari menggunakan kostum khusus yang bercahaya, ditambah deretan obor dan permainan cahaya pada rute yang dilewati para peserta. Masyarakat sekitar dilibatkan dalam kegiatan itu lewat Pasar Kebudayaan 'Sangiran Fair' dengan peserta 20 UMKM, panggung seni budaya, hingga sanggar seni.

Tengkorak dan hasil rekonstruksi wajah manusia purba Sangiran 17 (Sumber: Sangiran, Situs Prasejarah Dunia, 2012)
Tengkorak dan hasil rekonstruksi wajah manusia purba Sangiran 17 (Sumber: Sangiran, Situs Prasejarah Dunia, 2012)

SangiRun 2022 tidak banyak berbeda dengan SangiRun 2021. Hanya upaya penyempurnaan dalam rute lari dan jumlah peserta. Tahun ini sekitar 250 peserta diharapkan berpartisipasi. Jauh lebih banyak dari tahun lalu yang diikuti 100 peserta. Kemasan acara juga dibuat lebih menarik.

Kali ini SangiRun mengambil tema Survive and Sparkling, sebagai ungkapan rasa syukur menghadapi pandemi agar kita bisa bangkit ke depan.

Selain lomba lari, digelar pameran bertopik kampung purba, jejak peradaban prasejarah di Nusantara. Museum Geologi akan dilibatkan dalam kegiatan pameran. Pameran akan berlangsung di bekas pabrik gula Colomadu pada 12 hingga 24 September 2022. Salah satu koleksi yang diharapkan menjadi daya tarik adalah mumi dari Mamassa.

Ajang SangiRun 2022 merupakan upaya gotong royong berbagai pihak, seperti Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemdikbudristek, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Pemerintah Kabupaten Sragen, Pemerintah Kabupaten Karang Anyar, dan Komunitas Luar Kotak.

Menurut Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, kegiatan ini bukan sekadar lomba lari, namun usaha mendorong agar Situs Sangiran semakin dikenal masyarakat luas dan dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitar situs.

Kegiatan SangiRun 2021, berlari di malam hari diterangi cahaya obor (Sumber: sangirun.com)
Kegiatan SangiRun 2021, berlari di malam hari diterangi cahaya obor (Sumber: sangirun.com)

Warisan Dunia

Nama Sangiran sudah dikenal sejak lama. Sisa-sisa masa lalu banyak ditemukan di sini, berupa sisa-sisa kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Sisa-sisa tersebut disebut fosil. Yang paling dikenal dari Sangiran adalah manusia purba.

Situs Sangiran terletak di dua kabupaten, yakni Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Luas Situs Sangiran mencapai 56 kilometer persegi. Dari lapisan tanah, diketahui umur Situs Sangiran mencapai dua juta tahun.

Karena dipandang menjadi sumber ilmu pengetahuan untuk memahami kehidupan masa lalu, pada 1996 UNESCO menetapkan Situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia dengan nama The Sangiran Early Man Site.

Jika ingin berkunjung ke Situs Sangiran, pengunjung butuh waktu cukup lama. Selain Museum Sangiran di klaster Krikilan sebagai obyek utama (visitor center), ada lagi beberapa klaster yang masing-masing memiliki museum, yakni klaster Dayu, Bukuran, Ngebung, dan Manyarejo.

Peta Situs Prasejarah Sangiran (Sumber: Sangiran Menjawab Dunia, 2009) 
Peta Situs Prasejarah Sangiran (Sumber: Sangiran Menjawab Dunia, 2009) 

Pernah jadi lautan

Sekitar 2,4 juta tahun silam, Sangiran pernah berupa lautan. Perubahan tersebut berlangsung secara perlahan. Di situs ini pernah ditemukan fosil cangkang kerang, gigi ikan hiu, cangkang kura-kura laut, koral, dan masih banyak lagi. Bahkan, menurut buku Sangiran, Situs Prasejarah Dunia tulisan Harry Widianto dan Iwan SB, terdapat sumber air laut yang bercampur dengan lumpur vulkanik yang masih dapat dilihat di Dusun Pablengan.

Pada 1,8 juta hingga 900.000 tahun silam, lingkungan Sangiran berubah dari lingkungan laut menjadi lingkungan rawa. Saat itu hidup beberapa jenis hewan, antara lain kuda sungai, gajah, sapi, kerbau, banteng, dan rusa.

Manusia purba Homo erectus mulai datang di Sangiran pada 1,5 juta tahun yang lalu. Mereka telah menciptakan budaya berupa alat serpih dan batu kalsedon.

Pada 900.000 hingga 300.000 tahun yang lalu Sangiran mencapai lingkungan yang paling indah. Manusia purba Homo erectus hidup berdampingan dengan berbagai spesies fauna, seperti gajah purba stegodon, sapi, kerbau, banteng, dan rusa. Badak dan harimau mulai terlihat pada masa ini. Diketahui manusia purba sudah sangat canggih menciptakan alat batu berupa serpih dan kapak genggam.

Ekskavasi di Situs Sangiran (Sumber: Sangiran Menjawab Dunia, 2009)
Ekskavasi di Situs Sangiran (Sumber: Sangiran Menjawab Dunia, 2009)

Evolusi manusia 

Fosil manusia purba banyak ditemukan di Sangiran. Dari jumlah populasi temuan fosil Homo erectus di seluruh dunia, sekitar separuh di antaranya berasal dari Sangiran dan situs sekitarnya.

Kontribusi ini sangat berharga karena Homo erectus memegang peran penting dalam evolusi manusia. Homo erectus berkembang menjadi manusia sejati Homo sapiens seperti kita sekarang.

Koleksi masterpiece dari Sangiran berupa fosil tengkorak Homo erectus berkode Sangiran 17 atau S17. S17 paling dikenal di seluruh dunia karena relatif lengkap sehingga wajah Homo erectus dapat direkonstruksi secara utuh.

Saat ini duplikat S17 ada pada banyak museum prasejarah di dunia. Ciri-ciri fisik S17 adalah dahi sangat datar, tulang kening menonjol, orbit mata persegi, pipi lebar menonjol, mulut menjorok ke depan, dan tengkorak pendek memanjang. Dari ciri-ciri tersebut diidentifikasi bahwa S17 adalah laki-laki dewasa yang hidup di Sangiran sekitar 700.000 tahun yang lalu.

Berbagai temuan alat batu dari Situs Prasejarah Sangiran, bukti keterampilan manusia purba (Sumber: Sangiran, Situs Prasejarah Dunia, 2012)
Berbagai temuan alat batu dari Situs Prasejarah Sangiran, bukti keterampilan manusia purba (Sumber: Sangiran, Situs Prasejarah Dunia, 2012)

Sebagai Warisan Budaya, tentu saja pelestarian Sangiran menjadi tugas kita bersama. Apalagi Sangiran merupakan tujuan pariwisata dunia, laboratorium pendidikan, dan tempat pengembangan ilmu pengetahuan.

Situs Sangiran harus memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dan masyarakat umum lain. Mari kita lestarikan Warisan Dunia Sangiran lewat kegiatan SangiRun.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun