Di Jakarta ada tiga museum yang dikaitkan dengan peristiwa penting. Pertama, Museum Kebangkitan Nasional yang dikaitkan dengan kelahiran organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908.
Kedua, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, tempat para tokoh merumuskan proklamasi 17 Agustus 1945. Ketiga, Museum Sumpah Pemuda, tempat kongres pemuda 28 Oktober 1928.
Bulan ini tentu saja Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang mempunyai hajat besar. Bendera merah putih sudah terpasang di pagar halaman dan bangunan. Berbagai acara sudah diagendakan.
Setelah dua tahun lebih tidak ke sana karena terdampak pandemi, 9 Agustus 2022 saya berkesempatan ke sana kembali. Saya diundang menghadiri acara pembukaan pameran 'Sakura di Khatulistiwa'. Cukup banyak undangan meskipun dengan prokes ketat. Maklum pandemi sudah melandai tapi belum menghilang.
Lihat tulisan sebelumnya [Di Sini].
Berbagai acara itu disebut AKSI (Agustus Kita Satukan Indonesia). Berbagai institusi ikut menyemarakkan kegiatan. Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek berpartisipasi dalam kegiatan Performance Art "Sakura Nusantara" yang menampilkan seniman Temanku Lima Benua. Ini nama orang yah.
Menurut Benua, Soekarno adalah orang yang paling gila tentang persatuan, apapun dikorbankan demi persatuan. Â Ia menampilkan karya-karya yang berusaha mengenang kembali peristiwa-peristiwa menjelang detik-detik proklamasi.
Ada beberapa lukisan terpasang di halaman Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Pengunjung diajak berpartisipasi dengan melempar cat warna-warni yang sudah dipersiapkan dalam plastik.
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat ikut meramaikan acara dengan menampilkan pameran permainan anak. Selama masih ada persediaan, pengunjung dapat memperoleh sebuah mainan secara gratis. Saya sendiri memilih 'kreketan awi', yakni mainan dari bambu yang apabila diputar akan menghasilkan suara 'kreket-kreket'.
Sekretariat Ditjen Kebudayaan mengadakan lomba fotografi dan Galeri Nasional Indonesia memfasilitasi komunitas sketsa. Dua direktorat lain yang berpartisipasi adalah Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan serta Direktorat Perfilman, Musik dan Media. Dari komunitas, yang berpartisipasi antara lain Reenactor Bangor dan Belantara Budaya Indonesia.
Perbaikan ruangan Â
Dua tahun lebih tidak ke sana, terasa banyak perbedaan pada museum. Rupanya selama masa pandemi, museum melakukan beberapa perbaikan pada sejumlah ruangan. Toilet museum saya lihat sudah lebih besar. Bahkan ada toilet khusus untuk pengunjung difabel.
Beberapa ruangan sudah berubah. Saya tau karena sering berkunjung ke museum ini.
Museum adalah ruang publik. Berarti sangat terbuka buat masyarakat. Kalau masyarakat ingin berkegiatan di sana, tentu diberi kesempatan. Syaratnya, berhubungan dengan peristiwa sejarah, nonkomersial, dan bermanfaat buat masyarakat lain.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H