Setelah itu saya tidak tahu berapa uang kuliah setiap perguruan tinggi. Barulah pada 2012 saya mengeluarkan 20-an juta per tahun untuk biaya kuliah anak pertama saya di perguruan tinggi swasta. Dua tahun berikutnya belasan juta per tahun untuk biaya kuliah anak kedua di perguruan tinggi negeri.
Buat saya terasa sangat mahal biaya kuliah di swasta dan negeri ketika itu. Maklum saya tidak berpenghasilan tetap. Tapi berkat perjuangan dan pengorbanan, kedua anak saya berhasil menyelesaikan kuliah.
Ketika itu saya mendengar kalau kuliah di jurusan favorit seperti kedokteran membutuhkan biaya sangat besar. Apalagi di perguruan tinggi swasta. Fasilitas praktek mereka memang beraneka ragam, jadi tidak heran amat mahal.
Di perguruan tinggi memang ada jurusan basah dan jurusan kering. Jurusan kering biasanya langka peminat sehingga mahasiswa bisa mendapatkan keringanan biaya kuliah.
Saat ini biaya kuliah semakin mahal. Beberapa hari lalu Kompas melakukan survei. Ini karena kenaikan penghasilan, termasuk gaji, tidak sebanding dengan kenaikan uang kuliah. Kondisi seperti ini tentu memprihatinkan. Lalu bagaimana kalau lulusan sekolah menengah tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi?
Pemerintah harus memberikan perhatian, antara lain dengan memberikan subsidi atau bea siswa. Begitu pula berbagai perusahaan swasta dan BUMN harus terlibat. Ini demi menghasilkan generasi emas manusia Indonesia. Dengan gotong-royong kita bisa.*** Â Â Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI