Bukti daya dukung lemah terlihat ketika pertama kali ditemukan. Batu-batu candi berantakan di sana-sini. Bahkan ada yang melesak. Bagian dinding miring dan hampir runtuh. Kondisi yang berantakan bisa dilihat pada foto-foto di tulisan ini.
Jika pengunjung pada masa sekarang tidak terkendali, bisa saja batu-batu akan melesak. Penghasilan dari tiket masuk tidak dapat menggantikan biaya konservasi yang sangat mahal. Apalagi batu-batu kuno itu tidak akan tergantikan nilainya meskipun bisa diganti dengan batu baru.
Bukan hanya kalangan arkeolog yang harus melestarikan bangunan ini. Masyarakat pun harus terlibat aktif. Mungkin perlu dibentuk semacam Masyarakat Pencinta Borobudur.
Jika sudah ada gotong royong, masyarakat sekitar pasti terbantu. Tentu saja dari dampak ekonomi. UMKM yang bergerak di bidang kuliner dan cendera mata, mampu menghasilkan barang untuk dijual kepada wisatawan. Belum lagi yang bergerak di bidang pemanduan, akomodasi, dan transportasi. Semua akan merasakan dampak ekonomi adanya Candi Borobudur.
Semoga keberadaan Candi Borobudur pasca Covid-19 akan bermanfaat positif untuk berbagai kalangan. Kelestarian Candi Borobudur pun lebih terjamin.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H