Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Data Keausan Batu Candi Borobudur Menurut Penelitian 1985

7 Juni 2022   08:17 Diperbarui: 9 Juni 2022   00:59 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skripsi saya tentang Candi Borobudur 1985 (Dokumentasi pribadi) 

Hanya sepintas dilihat, tergambar dari kecepatan berjalan. Wisatawan nusantara berjalan lebih cepat dibandingkan wisatawan mancanegara yang berjalan lambat-lambat. Mereka rupanya ingin menikmati relief cerita. Dilihat dari lama waktu kunjung, wisatawan nusantara hanya sekitar 30 menit di atas candi. Sebaliknya wisatawan mancanegara sekitar 60 menit di atas candi.

Pada akhir skripsi antara lain saya mengusulkan pembatasan jumlah pengunjung yang menaiki candi. Ini untuk menjaga kelestarian candi. Bayangkan, semakin banyak pengunjung, semakin sering gesekan alas kaki dengan batu. Berarti batu semakin aus.

Saya baca di media sosial, soal pembatasan pengunjung, umumnya masyarakat sepakat. Hanya soal Rp750.000 perlu dipertimbangkan. Begitu juga soal siapa-siapa saja yang boleh menaiki candi sampai ke puncak.

Sebenarnya ada yang mengusulkan agar Candi Borobudur menjadi tempat ibadah. Perlu diketahui Borobudur tergolong 'monumen mati'. Bukan 'monumen hidup' seperti wihara yang sering dipakai oleh masyarakat masa sekarang.

Untuk peristiwa-peristiwa penting, boleh saja Candi Borobudur dipakai untuk kegiatan keagamaan. Hanya secara terbatas di luar jam kunjung candi. Itu pun tetap memperhatikan aturan-aturan kelestarian candi.

Semoga masyarakat yang berkunjung ke Candi Borobudur akan mendapat bekal pengetahuan. Jangan seperti berkunjung ke obyek wisata pantai atau naik gunung yang cuma bersenang-senang. Kita harapkan juga fasilitas pendukung seperti museum dan pusat informasi dilengkapi dengan teknologi kekinian.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun