Pada 23 Mei lalu, dunia memperingati Hari Kura-Kura dan Penyu Sedunia. Awalnya, sepasang suami istri pendiri organisasi American Tortoise Rescue, Susan Tellem dan Marshall Thompson, menyadari bahwa sejak 1990 populasi kura-kura dan penyu di seluruh dunia semakin terancam punah.
Kemudian, Tellem dan Thomson mengangkat isu ini di platform internasional dan berencana untuk menyebarkan kesadaran tentang konservasi berbagai spesies kura-kura dan penyu di seluruh dunia.
Sejak inisiatif itu, terbentuklah Hari Kura-Kura dan Penyu Sedunia yang dirayakan pertama kali pada 23 Mei 2000. Setelah itu, diperingati setiap tahun dengan tema berbeda dan variatif. Namun tetap dengan tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut membantu keselamatan populasi kura-kura dan penyu dari risiko kepunahan.
Mitologi
Kura-kura dikenal dalam mitologi Hindu berhubungan dengan dewa Wisnu. Dalam segala bentuk dan perujudan, Wisnu tetaplah dewa yang memelihara dan melangsungkan alam semesta. Wisnu selalu turun ke dunia untuk memberantas semua bahaya dalam bentuk penjelmaan atau awatara.Â
Ada 10 awatara Wisnu, salah satunya Kurma-awatara. Sebagai kura-kura (kurma), Wisnu berdiri di atas dasar laut menjadi alas bagi Gunung Mandara yang dipakai oleh para dewa untuk mengacau laut dalam usaha mereka mendapatkan amerta atau air kehidupan abadi. Cerita itu dikenal dalam  Samudramanthana. Silakan baca lebih lanjut buku Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid Kedua, 1973.
Ragam hias kura-kura dapat dijumpai dalam bentuk relief di Candi Borobudur dan Candi Mendut. Di Candi Borobudur, binatang ini dipahatkan dalam bidang hias dan dalam relief cerita. Di Candi Mendut, kura-kura digambarkan dalam relief cerita binatang (fabel). Di Candi Sukuh ragam kura-kura diwujudkan dalam bentuk arca.Â
Menurut laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, kura-kura juga sering diukirkan di bawah cerat yoni, bersama dengan beberapa binatang dunia bawah lain seperti ular. Peripih yang biasa ditanam di bawah bangunan suci juga sering mengambil bentuk kura-kura. Berdasarkan mitologi itulah relief dan arca kura-kura terdapat pada sejumlah candi.
Bahkan bukan hanya kura-kura. Pada candi Hindu yang beraliran Wisnuit atau Waisnawa, terdapat arca garuda. Garuda adalah wahana atau kendaraan tunggangan Wisnu. Garuda lambang dunia atas, sedangkan kura-kura lambang dunia bawah.
Lihat juga: [Tulisan ini].
Tiongkok
Kura-kura dikenal juga dalam kebudayaan Tiongkok. Ini dikaitkan dengan ilmu fengshui. Konon, angka 1---9 dalam ilmu fengshui dulunya tertulis pada cangkang kura-kura. Patung kura-kura pun sering menjadi pelengkap fengshui, menandakan umur panjang.
Kura-kura bisa hidup selama puluhan tahun, lebih lama dari manusia. Lihat saja kura-kura di Kepulauan Galapagos yang amat terkenal itu, yang menjadi dasar Teori Darwin. Tidak heran, kura-kura  menjadi simbol keabadian, umur panjang, dan keberuntungan di Tiongkok. Â
Nah, apakah perbedaan kura-kura dengan penyu? Kura-kura banyak hidup di daratan dan biasanya ditemukan di lingkungan yang panas dan kering. Tempurung kura-kura tidak ramping seperti penyu tetapi berbentuk seperti kubah. Selain itu kura-kura memiliki kaki berbentuk dengan cakar.
Penyu menghabiskan sebagian besar hidup di dalam air dan hanya kembali ke darat untuk bertelur. Tempurungnya rata dan ramping untuk membantu mengurangi hambatan saat berenang. Penyu punya kaki seperti sirip yang membantu mereka berenang. Begitulah, beda kura-kura dan penyu sebagaimana terdapat dalam bobo.grid.id.***
  Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI