Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banyak Tinggalan Budaya di Barus 'Dicolongin' Penggali Liar Sejak Lama

23 Mei 2022   08:15 Diperbarui: 24 Mei 2022   12:24 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, ini yang disayangkan. Pada 1998 tim peneliti hanya melihat enam keping koin. "Koleksi mata uang Museum Nasional (nama baru dari Bataviaasch Genootschap) sepertinya telah kehilangan banyak artefak," tulis tim peneliti.

Apakah keping uang emas itu dicetak di Rejang Lebong yang dikenal sebagai penghasil tambang emas? Mungkin iya, sebagian lagi dicetak di Barus. Ini karena di Lobu Tua tim peneliti menemukan dua fragmen cetakan mata uang dari terakota.

Ada dua jenis cap yang terdapat pada koin emas. Mungkin pengecapan dilakukan pada dua tempat berbeda, yakni di Barus dan di dekat tambang. Ada pula sedikit perbedaan lain, mungkin disebabkan oleh periode pemakaian yang panjang. Capnya berubah pada setiap pengedaran baru.

Menurut analisis para peneliti, mulai abad ke-16 Barus muncul sebagai pelabuhan penting yang mengekspor emas dari Sumatera. Simpulan lain, Barus mengedarkan mata uang emas dan khususnya berhubungan langsung dengan tambang-tambang di Lebong.

Seharusnya Barus kaya sejarah. Ironisnya, banyak tinggalan budaya di sana dicolongin para penggali liar sejak lama, bahkan sampai kini. Kita bukannya melestarikan, malah merusak bahkan menghilangkan data.***

Referensi:

Claude Guillot, dkk. Barus Seribu Tahun yang Lalu, 2008.

Daniel Perret dan Heddy Surachman, dkk. Barus Negeri Kamper, 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun