Nah, ini yang disayangkan. Pada 1998 tim peneliti hanya melihat enam keping koin. "Koleksi mata uang Museum Nasional (nama baru dari Bataviaasch Genootschap) sepertinya telah kehilangan banyak artefak," tulis tim peneliti.
Apakah keping uang emas itu dicetak di Rejang Lebong yang dikenal sebagai penghasil tambang emas? Mungkin iya, sebagian lagi dicetak di Barus. Ini karena di Lobu Tua tim peneliti menemukan dua fragmen cetakan mata uang dari terakota.
Ada dua jenis cap yang terdapat pada koin emas. Mungkin pengecapan dilakukan pada dua tempat berbeda, yakni di Barus dan di dekat tambang. Ada pula sedikit perbedaan lain, mungkin disebabkan oleh periode pemakaian yang panjang. Capnya berubah pada setiap pengedaran baru.
Menurut analisis para peneliti, mulai abad ke-16 Barus muncul sebagai pelabuhan penting yang mengekspor emas dari Sumatera. Simpulan lain, Barus mengedarkan mata uang emas dan khususnya berhubungan langsung dengan tambang-tambang di Lebong.
Seharusnya Barus kaya sejarah. Ironisnya, banyak tinggalan budaya di sana dicolongin para penggali liar sejak lama, bahkan sampai kini. Kita bukannya melestarikan, malah merusak bahkan menghilangkan data.***
Referensi:
Claude Guillot, dkk. Barus Seribu Tahun yang Lalu, 2008.
Daniel Perret dan Heddy Surachman, dkk. Barus Negeri Kamper, 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H