Jangan dikira menulis di Kompasiana tidak dilirik orang? Kemungkinan dikutip untuk keperluan karya ilmiah atau media massa tetap ada. Tulisan-tulisan saya di Kompasiana beberapa kali menjadi salah satu referensi bagi penulisan skripsi dan jurnal. Perlu diketahui, skripsi dan jurnal bersifat ilmiah. Tentu saja membanggakan, tulisan saya bisa memberikan tambahan informasi dan inspirasi bagi banyak orang.
Beberapa media massa juga terlihat mengutip tulisan-tulisan saya. Ada yang menuliskan kembali dengan suntingan di sana-sini. Ada yang mengutip paragraf atau kalimat yang mereka anggap penting. Memang sah-sah saja karena tulisan-tulisan saya sudah menjadi domain publik. Mereka pun kerap menyebutkan sumber.
 Dengan demikian kalau Anda mengetik nama saya di mesin pencari, akan muncul banyak sekali tulisan. Wow, nama saya terkenal.
Umumnya tulisan saya bersifat keilmuan. Sebagian terbesar tentang arkeologi dan museum. Lalu ada tentang numismatik, budaya, dan astrologi. Yang jelas, kalau ada ide, saya menulis apa saja. Pokoknya tulisan itu berisi konten positif, informatif, edukatif, dan no hoax.
Yang banyak dikutip biasanya tentang arkeologi dan museum. Maklum belum banyak arkeolog yang menulis topik itu. Entah mengapa mereka belum mau memasyarakat. Padahal arkeologi bersinggungan dengan masyarakat, misalnya banyak temuan arkeologi terkuak berkat laporan masyarakat. Temuan-temuan itu berada di areal pemukiman warga atau di persawahan warga.
Sebelum menulis di Kompasiana, saya sering menulis di berbagai media cetak seperti Kompas, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Koran Tempo, dan Intisari. Saya pun memiliki blog pribadi tentang arkeologi, museum, numismatik, dan astrologi. Berkat media-media itulah nama saya dikenal.
Banyak pertanyaan tentang arkeologi dari masyarakat awam justru disampaikan kepada saya. Padahal arkeologi selalu diidentikkan dengan pemerintah. Bayangkan, kalau mereka langsung ke pemerintah, entah kapan dijawab.