Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Artikel Utama

Arsitektur Masjid Kuno di Nusantara Mengambil Bentuk Bangunan Lokal

6 April 2022   11:16 Diperbarui: 12 April 2022   05:00 2823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid kuno Bayan Beleq di Lombok, NTB (Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

Sejak lama masalah Islamisasi di Nusantara menjadi bahan perdebatan para pakar. Menurut sejumlah pakar berkebangsaan Belanda, Islamisasi dimulai pada abad ke-13 Masehi. 

India dipandang merupakan tempat asal Islam di Indonesia. Salah seorang pakar yang berpendapat demikian adalah Snouck Hurgronye. Setelah mempelajari naskah-naskah dari Aceh, dia mengatakan bahwa terdapat banyak kesamaan dengan naskah-naskah dari India Selatan.

Begitu pula yang diungkapkan J.P. Moquette terhadap batu nisan kuno di Jawa, terutama yang berasal dari Leran (Gresik). 

Dia menyebutkan, batu-batu nisan itu, baik bahan maupun hiasannya, memiliki kesamaan dengan nisan kuno di Gujarat. R.A. Kern lebih menegaskan bahwa Gujarat adalah tempat asal Islam yang berkembang di Indonesia.

Pada Seminar Nasional tentang Islamisasi di Indonesia yang diadakan di Medan pada 1963, tercetus pendapat bahwa Islamisasi di Indonesia terjadi pada abad pertama Hijriah dan langsung dibawa dari Arab. 

Daerah pertama yang menerima Islam adalah pantai utara Sumatera, yaitu Aceh, yang dipandang sebagai kerajaan Islam yang pertama.

Dari kedua pendapat di atas, menurut Irmawati M. Johan dalam tulisannya di Monumen, Karya Persembahan untuk Prof. Dr. R. Soekmono (hal. 303), tampaknya pendapat pakar-pakar Belanda itu lebih dapat diterima. 

Ada bukti arkeologi dan data naskah yang menunjukkan kecenderungan demikian. Oleh karena itu, sampai sekarang banyak pihak masih mengakui pendapat pertama tadi. 

Namun ditekankan, arsitektur masjid di Indonesia sama sekali tidak memperlihatkan adanya pengaruh arsitektur masjid dari Gujarat.

Masjid kuno Lempur Tengah, Jambi (Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)
Masjid kuno Lempur Tengah, Jambi (Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

Bentuk masjid

Snouck Hurgronye dan G.F. Pijper memberi gambaran, bangunan masjid di Indonesia terdiri atas sebuah bangunan induk dengan sebuah serambi. Pada dinding sebelah barat terdapat mihrab yang letaknya berhadapan dengan pintu masuk. 

Di samping mihrab biasanya terdapat sebuah mimbar, yaitu tempat khatib menyampaikan khotbah setiap Jumat. Atap masjid berumpak-umpak, terdiri atas dua hingga lima tingkat dan ujung atap berbentuk runcing. Pada beberapa masjid yang besar terdapat menara. Di halaman masjid terdapat emperan untuk tempat bedug dan kolam.

Beberapa masjid kuno di Indonesia dikelilingi air. Ada pula yang terletak di atas bukit dan bentuknya seperti piramida berteras. Kadang kala ada masjid yang memiliki menara.  

Di India masjid-masjid yang pertama memiliki persamaan gaya bangunan dengan Asia Barat dari masa dinasti Seljuq. Bentuk-bentuk bangunannya sangat indah, misalnya mempunyai kubah, pilar, dan lengkung.

Contoh dokumen untuk melindungi masjid kuno (Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)
Contoh dokumen untuk melindungi masjid kuno (Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

Ada penafsiran, semua masjid kuno di Indonesia mengambil bentuk bangunan lokal. Umumnya memiliki atap bertingkat-tingkat, bahan yang dipakai adalah kayu. 

Arsitekturnya sederhana dibandingkan dengan bentuk-bentuk masjid kuno di India yang sezaman. Bentuk bangunan masjid kuno di Indonesia dapat ditemukan pada beberapa relief candi di Jawa.

Diduga kuat, masih menurut Irmawati dalam buku tadi, pengaruh India tidak terdapat di Indonesia karena Islam dibawa ke Indonesia lewat jalur perdagangan. 

Bukan melalui perang, penaklukan, atau pengiriman seniman dari India ke Indonesia. Selain itu tidak pernah disebutkan adanya pengiriman seniman-seniman Islam dari Gujarat ke Indonesia seperti yang terjadi di Delhi dan di Gujarat. Dengan demikian masjid kuno hanya dibangun dengan mengikuti gaya setempat dan dilakukan oleh para arsitek lokal.

Saat ini banyak masjid kuno di Indonesia sudah terdaftar sebagai cagar budaya. Dengan demikian keberadaan masjid-masjid itu dilindungi undang-undang.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun