Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Kata 'Puasa' Berasal dari Bahasa Sanskerta 'Upawasa'

3 April 2022   16:08 Diperbarui: 4 April 2022   11:57 4564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bahasa Sanskerta sebagaimana terdapat pada buku di bawah (Dokpri)

Ketika sedang membuka-buka buku dan kamus Sanskerta, saya teringat kata 'puasa' yang menurut dosen saya dulu berasal dari bahasa Sanskerta. Saya coba telusuri dari beberapa tulisan, memang benar puasa berasal dari bahasa Sanskerta, upavasa. Dalam bahasa Sanskerta huruf v dibaca w, jadi dibaca upawasa. Seharusnya bahasa Sanskerta mengenal garis/titik di atas/bawah huruf. Namun untuk memudahkan pembacaan, tanda-tanda itu ditiadakan.

Dari kata upawasa, kemudian menjadi pawasa, selanjutnya puasa. Mungkin begitu etimologi kata puasa.

Menurut laman nu.or.id, upawasa bermakna ritual untuk "masuk" ke Yang Ilahi.  Di Jawa dipakai istilah lokal, pasa, kemudian berkembang menjadi puasa. Pasa berarti kekangan, mengekang, menahan sesuatu dari. Jadi, tradisi puasa sudah dikenal oleh agama-agama terdahulu, bahkan sebelum Hindu-Buddha.

Makna puasa, masih menurut laman nu.or.id,  selaras dengan makna shaum atau shiyam di dalam ajaran Islam, yang berarti menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksual, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.   

Kenangan belajar Bahasa Sanskerta (Dokpri)
Kenangan belajar Bahasa Sanskerta (Dokpri)

Tradisi Hindu

Upawasa sudah ada sejak zaman Veda. Upa berarti "dekat" dan wasa berarti "yang maha agung". Jadi upawasa berarti mendekatkan diri kepada Hyang Widhi, maha kesadaran universal.

Dalam Hindu, upawasa atas puasa sama sekali tidak terletak pada siksaan atau penderitaan yang harus dialami dengan tidak makan atau minum. Apalagi mengharapkan penghapusan karma buruk. Sebagaimana dikemukakan sejarahharirayahindu.blogspot, dengan mengendalikan pikiran dan indriya, kita telah menguasai diri untuk tidak terlibat dalam hal-hal yang menyulut karma buruk.  

Dengan bathin yang telah bersih, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menyatukan diri dengan Hyang Widhi, baik melalui dhyana [meditasi], melalui bhakti [sembahyang] ataupun jalan lainnya.

Dalam tradisi Hindu, upawasa dilakukan di hari-hari raya tertentu, seperti Nyepi dan Sivaratri. Namun banyak yang memandang upawasa sebagai bagian dari keseharian mereka.  

Sampai saat ini kita lebih mengenal kata puasa daripada shaum atau shiyam. Tidak menjadi masalah, toh istilah puasa sudah populer. Ketika 2021 kita merebut Piala Thomas, misalnya, dikatakan kita telah 'puasa' gelar selama belasan tahun. Puasa berarti tidak memperoleh gelar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun