Ternyata tidak ada nama Rudy Hartono. Apakah Indonesia sengaja melepas sektor tunggal putra, mengingat Liem Swie King dan Nunung Mujianto adalah pemain muda. King berusia 18 tahun (lahir 1956) ketika itu. Nunung tidak berbeda jauh.
Dalam beregu putra medali emas direbut Tiongkok, sementara kita kebagian perak. Di tunggal putra pun terjadi final sesama Tiongkok, Hou Jia Chang mengalahkan Fai Kai Xiang. Untung Liem Swie King merebut medali perunggu setelah mengalahkan Tan Aik Mong dari Malaysia.
Dalam pertandingan itu King dan Nunung kalah dari Hou Jia Chang. Kita sendiri merebut medali emas dan perak pada ganda putra (Tjuntjun/Johan Wahyudi mengalahkan Christian Hadinata/Ade Chandra) dan ganda campuran (Christian Hadinata/Regina Masli mengalahkan Tjuntjun/Sri Wiyanti).
Ke mana Rudy Hartono? Ini juga masih misteri. Pada awal 1974 memang tim putra/putri Tiongkok sedang berpromosi bulutangkis. Mereka melawat ke berbagai negara kuat, seperti Malaysia, Thailand, dan Denmark. Semua pemain berhasil mereka libas.
Timbul pertanyaan, apakah Rudy takut berhadapan dengan Hou dan Tong yang pernah digadang-gadang sebagai duplikat Tan Joe Hok. Tan Joe Hok (lahir 1937) adalah pemain Indonesia pertama yang meraih gelar All England. Hou dan Tong sama-sama kelahiran 1942, sementara Fang kelahiran 1940. Masa 1990-an Fang pernah melatih tim yunior Indonesia.
Saya penasaran, pasti pembaca Kompasiana juga penasaran. Semoga ada jawaban pasti, jangan sampai bilang, "Tanya saja pada rumput yang bergoyang".*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H