Nama Rudy Hartono (lahir 1949) turut mengharumkan nama Indonesia di bidang bulutangkis. Meskipun sudah menghasilkan banyak trofi individu dan Piala Thomas, namanya yang paling dicatat adalah sebagai juara All England 7 kali berturut-turut. Ia merebut trofi itu pada 1968-1974. Pada 1975 ia kalah dari musuh bebuyutannya asal Denmark, Svend Pri.
Namun Rudy merebut kembali trofi All England pada 1976. Saat itu terjadi final sesama Indonesia, Rudy melawan Liem Swie King. Dalam final itu King kalah 15-7 dan 15-5. Skor yang cukup telak. Dengan kemenangan itu, Rudy menambah lagi 1 gelar All England menjadi 8. Rekor baru yang sulit dipecahkan siapapun sampai kapanpun.
Muncul gunjingan hangat ketika itu. King sengaja mengalah demi memuluskan langkah Rudy untuk membuat rekor. Sampai sekarang masalah kekalahan King itu masih menjadi misteri.
Banyak orang menilai ada orang di balik layar yang mengatur itu. Masalahnya, Rudy sempat terseok-seok sebelum mencapai final. Ia harus memeras tenaga untuk meraih kemenangan. Sebaliknya langkah King terbilang mulus. Lawan-lawan kuat macam Sture Johnson dari Swedia dan Svend Pri dari Denmark, berhasil dikalahkannya dengan mudah. Semoga misteri itu segera terjawab. King sendiri pada 1978 menjuarai All England dengan mengalahkan Rudy Hartono.
Asian Games 1974
Setelah Rudy merebut gelarnya ke-7, beberapa bulan kemudian berlangsung Asian Games 1974 di Iran. Inilah pertama kali negara Asia Barat menyelenggarakan Asian Games. Sebelumnya Asian Games berlangsung di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur.
Tiongkok mulai berpartisipasi dalam Asian Games ini. Maklum Tiongkok masuk PBB menggantikan posisi Taiwan pada 1971. Beda dengan All England atau kejuaraan lain, sebagai negara Asia yang sudah bergabung dengan PBB, Tiongkok berhak mengikuti Asian Games.
Asian Games merupakan ajang multi event. Tentu saja Tiongkok berpartisipasi juga dalam cabang bulutangkis.
Tiongkok mengirim sejumlah pemain, yang sebagian besar asal Indonesia. Di putra ada Tong Sin Fu, Hou Jia Chang, dan Fang Kai Xiang. Di putri ada Chen Yu Niang dan Liang Chiu Xia. Liang adalah kakak kandung Tjuntjun.
Indonesia mengirimkan Liem Swie King, Nunung Mujianto, Tjuntjun/Johan Wahyudi, dan Christian Hadinata/Ade Chandra di bagian putra. Sementara di bagian putri Minarni, Theresia Widiastuti, Regina Masli, Imelda Wigoena, Sri Wiyanti.