Manusia perlu mandi agar bersih dan demi kesehatan. Benda mati pun perlu mandi agar lestari dan enak dipandang mata. Begitu pula dengan berbagai bangunan kuno, seperti candi.
Candi paling banyak terdapat di Pulau Jawa. Ada yang bentuknya kecil, ada pula yang besar bahkan tinggi. Membersihkan candi berukuran kecil tentu relatif mudah. Lain halnya jika candi berbentuk tinggi dan besar. Masalahnya bagaimana cara menaiki candi tinggi besar itu.
Memandikan candi merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Saat ini ada sekitar 10 BPCB. Satu BPCB biasanya memiliki satu hingga tiga wilayah kerja.
Pekerjaan itu dilakukan oleh para juru pelihara, yang sering disingkat jupel. Jupel adalah pekerja lapangan. Banyak tugas mereka, yakni merawat, memelihara, dan mengamankan cagar budaya.
Baca juga: Membersihkan Puncak Candi Menuntut Kehati-hatian dan Keberanian
Meskipun pendidikan mereka rendah, namun dedikasi dan tanggung jawab mereka sangat besar. Rata-rata mereka warga setempat yang dipekerjakan secara turun-temurun. Mereka dipandang tahu medan sehingga lebih mudah mengawasi kepurbakalaan.
Mekanis dan kimiawi
Baru-baru ini sejumlah jupel dari BPCB DI Yogyakarta memandikan Situs Ratu Baka atau Ratu Boko, tak jauh dari Candi Prambanan. Selain lingkungan sekitar, mereka melakukan pembersihan terhadap gapura Ratu Boko. Orang awam sering menyebutnya Candi Ratu Boko.
Kalau manusia mandinya hanya beberapa menit, Ratu Boko memerlukan waktu beberapa hari. Bayangkan, pembersihan Ratu Boko berlangsung pada 14-22 Maret 2022. Â Ada dua metode yang digunakan dalam pembersihan itu, yaitu tradisional (mekanis/manual) dan modern (kimiawi).
Pembersihan mekanis (manual) dilakukan dengan dua cara. Pertama, pembersihan mekanis kering menggunakan peralatan seperti kuas, sikat, dan ijuk. Kedua, pembersihan mekanis basah dengan cara menyemprotkan air bertekanan tinggi yang sudah diatur agar tidak merusak material batu.
Sementara pembersihan kimiawi memakai bahan kimia AC 322. Kegiatan pembersihan Situs Ratu Boko bertujuan menghilangkan mikroorganisme (moss, algae, lichen atau lumut/ganggang/jamur) dan tumbuhan tingkat tinggi lainnya yang ada di permukaan batu.
Menurut Plt. Kepala BPCB DI Yogyakarta Ibu Azzah Zaimul, pembersihan lingkungan situs dilakukan setiap hari. Sementara pembersihan bangunan candi dilakukan secara berkala. "Pembersihan atap candi 8 kali dalam satu tahun," kata Ibu Azzah.
"Kalau rutin hanya sebatas lingkungan sebagian Halaman III, Halaman II, Halaman I, dan bangunan candi. Itu pun hanya bagian bawah/kaki/selasar tidak sampai atap. Karena pembersihan atap ada kegiatan tersendiri," tambah Ibu Azzah mencontohkan kegiatan pada Candi Prambanan.
Kalau untuk Boko, sebutan untuk Ratu Boko, secara berkala 3 bulan sekali untuk gapura bangunan.
Pada 1987 saya pernah melihat para jupel membersihkan Candi Prambanan dengan cara memanjat dinding lewat kawat baja yang digunakan sebagai penangkal petir. 'Senjata' mereka hanya sapu lidi dan sikat ijuk.Â
Cerita tentang jupel Prambanan bisa dilihat [di sini]. Â
Dulu mereka bekerja tanpa helm dan tali pengaman. Namun sekarang mereka mau menggunakannya.Â
Jika candi sudah resik tentu akan mengundang kekaguman banyak wisatawan. Soalnya banyak candi memang menjadi tujuan wisata.
Perlu diketahui, di Nusantara ada dua bahan untuk membangun candi, yakni batu andesit dan batu bata. Candi batu andesit tergolong lebih kuat daripada candi batu bata.Â
Lihat tulisan tersebut [di sini].
Manusia perlu merawat diri agar tetap cantik/ganteng, candi pun begitu. Jadi pekerjaan arkeologi itu bermacam-macam.Â
Tidak hanya menemukan benda purbakala, tetapi juga mengkaji benda-benda temuan itu agar memperoleh narasi demi memperkaya penulisan sejarah. Juga merawat kepurbakalaan agar mampu bertahan selama mungkin demi generasi mendatang.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI