Amulet
Manik-manik atau beads (Inggris), berasal dari kata bede yang berarti benda untuk memuja. Awalnya manik-manik dikaitkan dengan amulet atau jimat sehingga dihubungkan dengan religi dan upacara.
Menurut Nasruddin, manik-manik dibuat manusia purba sejak masa paleolitik. Bukti-bukti arkeologisnya terdapat pada dua kerangka manusia purba di Rusia. Uniknya, manik-manik itu terbuat dari gading gajah purba (mammoth) yang dijahitkan pada pakaian mereka.Â
Pada masa berikutnya--neolitik, manik-manik masih banyak ditemukan. Selain jenisnya semakin bervariasi, teknik pembuatannya juga semakin canggih.
Di Nusantara, manik-manik yang digunakan dalam kaitan dengan religi, ditemukan di situs-situs kubur atau pemujaan, antara lain di Pasemah (Sumatera Selatan), Pasir Angin (Bogor), Gunung Kidul (Yogyakarta), Plawangan (Rembang), Gilimanuk (Bali), dan Lewoleba (NTT). Â Temuan-temuan itu terdapat di situs kubur dengan wadah (peti kubur batu, sarkofagus, dolmen, tempayan, kubur silindrik). Ada juga temuan manik-manik tanpa wadah. Jadi manik-manik berfungsi sebagai bekal kubur.
Beberapa sarjana pernah mengupas manik-manik kuno. Pertama adalah ilmuwan Barat seperti G. Rouffaer, A.W. Nieuwenhuis, dan Th. Van der Hoop. Baru kemudian muncul J. Ratna Indraningsih Panggabean dan Sumarah Adhyatman. Sebagian besar menguraikan manik-manik berdasarkan bentuk dan pola hiasnya. Sebagian lagi mengupas manik-manik berdasarkan konteks ekskavasi dan analisis kimiawi.
Bahan manik-manik
Ada berbagai bahan yang teridentifikasi sebagai bahan dasar pembuatan manik-manik. Umumnya berbahan batu dan kaca, sebagaimana temuan dari situs Bongal. Namun sesungguhnya banyak bahan untuk membuat manik-manik, tentu tergantung dari lokasi geografi. Manusia prasejarah menggunakan manik-manik berbahan kayu, tulang, dan cangkang kerang. Pada masa yang lebih muda, manik-manik terbuat dari bahan batuan setengah mulia, terakota, kuarsa, karnelian, dan kalsedon.
Kemungkinan besar pada masa Hindu-Buddha manik-manik digunakan untuk upacara keagamaan, sebagai perhiasan, dan benda dagang. Beberapa arca kuno sering digambarkan menggunakan untaian manik-manik pada leher/badan mereka.
Masa Islam juga mengenal manik-manik, antara lain ditemukan di Demak (Jawa Tengah), Bukit Patenggeng (Subang, Jawa Barat), dan Banten. Manik-manik itu, masih menurut Nasruddin, terbuat dari terakota, batu pasir, batu mulia, kaca, karnelian, dan kuarsa.
Manik-manik memiliki berbagai bentuk, warna, dan bahan. Para pakar termasuk kolektor, misalnya, membagi manik monokrom menjadi manik tarik, manik tembus cahaya, manik segienam, dan manik beruas-ruas. Ini tentu memperkaya pengetahuan kita.