Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tiada Hari Tanpa Menulis karena Menulis Bekerja untuk Keabadian

12 Maret 2022   17:24 Diperbarui: 13 Maret 2022   06:17 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer ini cukup produktif menerbitkan buku. Ada tentang pramuka dan ada tentang puisi. Juga tentang catatan harian. Sebagai anggota tim penulis buku, juga pernah ia lakoni. Berty Sinaulan, begitulah nama sang Kompasianer itu. Nama lengkapnya Berthold Sinaulan.

Buku terbaru yang ia luncurkan pada 22-2-22 lalu adalah Baden-Powell (Kumpulan tulisan menyambut 165 tahun Bapak Pandu Sedunia Lord Baden-Powell) dan Memoar Desember (Berisikan catatan harian tiap hari selama Desember 2021).

Saya telah menuliskan buku Baden-Powell [di sini].

Sekarang saya ingin menginformasikan buku Memoar Desember. Siapa tahu teman-teman Kompasianer ingin membelinya.

Buku Memoar Desember (Dokpri)
Buku Memoar Desember (Dokpri)

Catatan kegiatan

Dalam buku Memoar Desember, Berthold Sinaulan menggunakan nama panggilannya, Kak Be. Maklum Kak Be adalah seorang pramuka senior. Saat ini Kak Be menjadi Wakil Ketua Kwarnas bidang Kehumasan dan Informatika loh. Maklum, Kak Be lama menjadi jurnalis surat kabar harian. Ia juga seorang arkeolog.  

Buku Memoar Desember berisikan berbagai catatan tentang kegiatannya selama Desember 2021. Sebagai pramuka, Kak Be menulis tentang Baden-Powell, museum gerakan pramuka, aktivitas pramuka dalam kegiatan daring, dan aktivitas beliau di Cibubur.

Buku itu berisi pula catatan tentang kegiatan lain yang menyangkut hobi filateli (koleksi prangko dan benda pos lain), termasuk hobi saling berkirim kartu pos di dalam komunitas Postcrossing. Pengalaman ketika sakit, ikut dirangkum dalam catatan harian ini.

Total ada 31 tulisan dalam buku setebal 190 halaman itu. Belum termasuk prolog dan epilog. Buku Memoar Desember dicetak oleh CV Kanaka Media di Surabaya. Nomor ISBN-nya 978-623-258-878-3. Memoar selama satu bulan saja cukup tebal, bagaimana kalau memoar setahun, wow...

Memoar Desember diberi kata pengantar oleh Djoko Adi Walujo, seorang Andalan Nasional Gerakan Pramuka yang juga seorang Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI).  "Kadang saya jadi terheran-heran proses kreatif yang dimiliki Kak Berthold Sinaulan atau Kak Be. Ada saja yang menjadi titik cermatnya, imajinasinya liar tak terbatas. Andaikan danau tak bakalan kering kendati kemarau berlama-lama tak mau beralih hujan," demikian Kak Djoko, dalam judul 'Catatan Seorang Sahabat'.

Daftar isi buku Memoar Desember (Dokpri)
Daftar isi buku Memoar Desember (Dokpri)

Kebiasaan menulis

Buat Kak Be menulis bukanlah sesuatu yang sulit. Kebiasaan menulis sudah dilakukan Kak Be sejak ia duduk di Sekolah Dasar (SD). Memang tidak ada kata pensiun dalam menulis. Meskipun kini media cetak sudah sekarat, tiada hari tanpa menulis buat Kak Be. Ia sering menulis di daring, termasuk di Kompasiana hingga sekarang.

Menulis memang pekerjaan bak intelektual. Tidak setiap orang mampu menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Menulis status di Facebook atau berkomentar di media sosial adalah menulis yang paling gampang. Banyak orang pasti bisa.

Paling tidak kita bisa mendengar petuah H.O.S. Cokroaminoto kepada Sukarno, sebelum ia menjadi Presiden ke-1  RI, "Jika ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator".

Atau kata sastrawan besar kita Pramoedya Ananta Toer, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian".

Tentu saja menulis adalah rekaman sejarah, baik tentang pribadi maupun tentang keluarga dan teman. Jadi menulislah sebelum menulis itu dilarang. Dokumentasikanlah perjalanan hidup Anda agar nantinya diketahui generasi mendatang.***     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun