Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karena Dikenal Masyarakat Lewat Tulisan, Saya Dapat Gelar Prof

7 Maret 2022   08:11 Diperbarui: 7 Maret 2022   08:20 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bergabung di Kompasiana sejak 2016, sampai hari ini menghasilkan 1.019 tulisan (Dokpri)

Meskipun berpendidikan arkeologi, saya tidak menguasai segala permasalahan dalam arkeologi. Saya hanya paham sebatas permukaan. Kebetulan saya hobi membaca karena koleksi buku saya cukup banyak. Karena tahu sedikit, tentu tulisan populer lumayan ampuh untuk memberi apresiasi kepada masyarakat. Yang penting gaya bahasa tulisan luwes dan tidak bertele-tele.

Tidak heran, saya lebih dikenal masyarakat daripada arkeolog-arkeolog dari instansi pemerintah. Saya sering dipanggil Prof. karena mereka sering bertanya dan saya selalu menjawab pertanyaan mereka. Mungkin kalau bertanya ke arkeolog-arkeolog di instansi pemerintah, belum tentu mereka segera mendapat jawaban. Bahkan mungkin akan dicuekin.

Lebih lengkap saya mendapat gelar Prof. Djulianto S. Kom. Bukan Profesor, bukan pula Sarjana Komputer, tetapi Profil Djulianto Susantio Kompasiana, hehehe...

Prof. Djulianto S. Kom, hehehe (Dokpri)
Prof. Djulianto S. Kom, hehehe (Dokpri)

Seharusnya arkeolog yang bekerja di institusi arkeologi yang melakukan penulisan. Mereka lebih paham dan tahu lebih spesifik. Sayang langka sekali arkeolog mampu menulis populer.

Di Kompasiana saya lihat baru Mas Han yang termasuk rajin menulis. Beliau arkeolog peneliti. Pernah di Maluku, lalu pindah ke Sulawesi Utara. Mas Han banyak menulis pengalaman lapangan dan gagasan-gagasan untuk arkeologi.

Sebenarnya ada beberapa arkeolog lain yang punya akun Kompasiana. Sayang mereka kurang aktif.

Untuk menulis kuncinya 'mampu' dan 'mau'. Saya yakin banyak arkeolog mampu, toh mereka berpendidikan sarjana, magister, doktor, bahkan profesor. Hanya kemauan yang diperlukan, apa mau berbagi ke masyarakat tanpa honorarium.

Di antara seabreg-abreg arkeolog, mungkin saya yang paling sering membumikan arkeologi dan museum. Saya menulis sejak 1980-an di media cetak. Di Kompasiana saya sudah menulis lebih dari 1.000 kali, mayoritas tentang arkeologi dan museum.

Saya sulit menduga mengapa para arkeolog enggan menulis populer. Menulis ilmiah populer pun enggan. Saya lihat hanya Bambang Budi Utomo yang sering menulis ilmiah populer dan membagikannya kepada masyarakat lewat Facebook. Bambang adalah pensiunan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Sambil menikmati masa pensiun, ia sering berbagi tulisan. Tulisan dalam Facebook itu, banyak dibagikan lagi. Apalagi teman-teman Bambang, bukan hanya dari kalangan arkeologi. Ada mahasiswa sejarah dan pendidikan sejarah. Ada komunitas pelestari sejarah dan budaya, dan masih banyak lagi.

Sejak lama saya dan Pak Bambang dikenal sebagai "Guru arkeologi buat masyarakat". Apalagi saya sering membagikan buku kepada masyarakat lewat kegiatan KUBU (KUis BUku) dan GEMAR (GErakan Menulis ARkeologi), sebagaimana tulisan [yang ini] dan [yang itu]. Sayang sejak pandemi kedua kegiatan terhenti karena saya terkendala dana. Maklum penghasilan menurun drastis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun