Gabungan dari ramalan shio, zodiak, dll kalau digabung kira-kira menjadi demikian: punya banyak teman, jujur, banyak akal, peduli, ulet, intelek, agak naif, terkadang pesimistis, selalu beruntung, terlalu lugu, sabar, berpikiran kuno, suka makan, berotak cerdas, sering berbagi, sehat, panjang umur, toleran, selalu mujur, banyak membantu orang, banyak dibantu wanita, setia, rela berkorban, tak memiliki minat untuk bersaing dengan sesama, tak mudah diajak kompromi, dan teguh dalam pendirian terutama yang berkaitan dengan prinsip hidup.
Ada lagi yang mengatakan, berminat pada barang antik, tulis-menulis, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Ramalan Ziwei Doushu mengatakan saya banyak membantu orang tapi jarang sekali ada ucapan terima kasih dari mereka.
Saya bakal populer, sehat, kaya, dan panjang umur terlihat dari garis-garis yang ada pada telapak tangan saya. Ujung garis nasib saya bercabang tiga. Kalaupun sekarang belum kaya, tidak apa-apa tentunya. Yang penting saya tetap melakukan sesuatu yang bermanfaat buat diri sendiri dan masyarakat. Â Â
Menurut primbon Jawa dan Bali, saya jujur, welas asih, suka menolong, pandai bergaul, sifatnya terbuka, berwibawa, rezekinya lancar, suka humor, perilakunya pendiam, cerdas, berwatak keras, mempunyai jiwa ksatria, pantang mundur, ingin kaya, dan banyak orang suka padanya karena sikapnya terhadap orang lain baik.
Tetap berusaha
Kalau mau jujur, saya termasuk lulusan jurusan arkeologi yang paling sering membumikan arkeologi dan museum loh. Jadi saya bertindak atau beraksi, bukan sekadar wacana seperti kebanyakan arkeolog lain. Lihat saja tulisan-tulisan saya di Kompasiana ini. Ada undangan webinar, saya ikut, lalu menulis. Ada topik hangat, saya nimbrung nulis. Padahal, nulis di Kompasiana gak ada honor kan.
Saya sendiri gak pernah kerja di instansi arkeologi atau museum. Yang penting hepi dengan menulis. Sangat disayangkan, banyak arkeolog sudah dapat gaji, tunjangan, bahkan uang pensiun dari pemerintah malah gak pernah nulis.
Saya pun sejak 2008 membuat blog arkeologi dan pada 2010 membuat blog museum. Tidak ada serupiah pun bantuan dari pemerintah. Padahal pemerintah memetik keuntungan dari kedua blog saya itu.
Karena sering menulis artikel, apalagi di rubrik Opini Kompas, saya lebih dikenal daripada kebanyakan arkeolog. Semoga banyak arkeolog tertarik menulis populer, supaya benda-benda purbakala kita, baik di lapangan maupun di dalam museum, Â tidak dicolong orang lalu diselundupkan ke luar negeri.
Takdir, potensi diri, dan perhatian kepada arkeologi/museum memang susah hilang atau berubah. Ada atau tidak ada perhatian pemerintah kepada saya, saya tetap menulis kok. Semoga saya tetap sehat fisik dan pikiran.*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H