Salah satu sumber sejarah kuno Nusantara berasal dari Asia Barat atau dunia Arab, termasuk Persia (sekarang Iran). Bangsa Arab sudah lama berlayar ke Nusantara setelah bangsa India dan Tiongkok. Banyak dari mereka mencatat segala hal dari perjalanan mereka. Sama seperti bangsa Tiongkok yang mencatat segala keunikan dari negara yang mereka kunjungi. Namun tentu saja catatan mereka perlu ditafsirkan atau diperbandingkan dengan sumber lain dari masa yang sama.
Sumber Arab dan Persia yang berasal dari abad ke-8---10 sering dipakai para peneliti masa sekarang untuk mengetahui kondisi Kerajaan Sriwijaya, misalnya. Ibn Hordadzbeh dari 844---848 Masehi mengatakan Raja Zabag disebut maharaja karena kekuasaannya meliputi pulau-pulau di lautan timur. Hasil negerinya berupa kapur barus. Di sana banyak terdapat gajah.
Selanjutnya pada 851 Masehi seorang saudagar, Sulayman, menyebutkan tentang pelayarannya ke timur. Ia mengatakan, mula-mula kapal tiba di Kalah-bar yang diperintah oleh seorang raja seperti halnya Zabag.
Ibn al-Fakih pada 902 Masehi mengatakan Zabag-Kalah-bar dikuasai oleh seorang raja. Di daerah ini terdapat gunung berapi. Barang dagangannya terdiri atas cengkih, kayu cendana, kapur barus, dan pala. Pelabuhannya yang besar di pantai barat adalah Fancur (diduga Barus). Begitu informasi yang kita dapatkan dari buku Sejarah Nasional Indonesia II (1984, hal. 67).
Ibn Rosteh pada 903 Masehi, masih menurut buku itu, memberi keterangan bahwa maharaja Zabag merupakan raja yang terkaya dibandingkan dengan raja-raja di India. Lebih fantastis dikatakan Abu Zayd pada 916 Masehi. Katanya, setiap hari Raja Zabag melemparkan segumpal emas ke dalam danau dekat istananya. Danau itu berhubungan dengan laut.
Kata Zayd lagi, Raja Zabag menguasai banyak pulau, antara lain Kalah, Sribuza, dan Rami. Hasil buminya berupa kayu gaharu, kapur barus, kayu cendana, gading, timah, kayu hitam, kayu sapan, dan rempah-rempah.
Pada 955 Masehi, ahli geografi Mas'udi menyebutkan hasil daerah Zabag berupa kapur barus, cengkih, kayu gaharu, kayu cendana, pinang, pala, kapulaga, dan merica. Fansur menghasilkan kapur barus, sementara di Kalah dan Sribuza ada tambang emas dan timah.
Diperkirakan Zabag adalah Kerajaan Sriwijaya karena di Sumatera ada daerah bernama Muara Sabak. Pendapat lain, Zabag ada di Jawa atau Semenanjung Malaya. Merujuk sumber-sumber Arab dari 844 hingga 955 Masehi, betapa terkenalnya Nusantara ketika itu. Dalam sejarah kuno memang banyak pendapat atau penafsiran. Sah-sah saja. Nama-nama tempat ini yang perlu disepakati sehingga memudahkan penelitian. Â Â
Berdagang
Kemungkinan besar bangsa Arab datang ke Nusantara untuk berdagang. Nama Nusantara sudah terkenal dengan produk rempah-rempah, kapur barus, dan kayu cendana. Dari kawasan Arab, mereka membawa keramik, benda kaca, dan produk-produk dari negara-negara yang mereka singgahi seperti keramik dan sutera dari Tiongkok.
Adanya kapal Arab yang tenggelam di perairan Nusantara menjadi bukti adanya perdagangan lintas negara. Salah satunya disebut kapal karam Batu Hitam di perairan Belitung, Sumatera. Â Menurut kajian, sisa-sisa kapal itu merupakan tipikal kapal layar yang biasa dibuat orang-orang Arab.
Kemungkinan  kapal dagang Arab ini sedang berlayar ke selatan di sepanjang Laut Tiongkok Selatan setelah bermuatan penuh di pelabuhan Yangzhou kuno yang menjadi perlabuhan utama di Tiongkok. Tujuan seharusnya Basra, sebuah kota pelabuhan Arab 800 tahun yang lalu. Di perairan Nusantara ada beberapa kapal kargo Arab yang karam dan telah dieksplorasi.
Kerja sama kebudayaan
Pada 2017 Pemerintah RI dan Pemerintah Arab Saudi menandatangani kerja sama kebudayaan. Menurut laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, tercatat 10 kesepakatan berhasil dicapai kedua negara yang kemudian dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman dan deklarasi. Â Â
Penandatangan kerja sama yang berlaku lima tahun tersebut disaksikan oleh Presiden Joko Widodo dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz al-Saud. Kerja sama bidang kebudayaan ini dimaksudkan untuk memperkuat hubungan di antara kedua bangsa dan negara dengan berpegang pada prinsip-prinsip saling menghormati, saling pengertian, dan saling menguntungkan.
Dalam bidang sejarah dan warisan budaya, kerja sama meliputi pertukaran informasi mengenai sejarah, ilmu purbakala, antropologi, museologi, dan warisan budaya. Â Kita harapkan lewat kerja sama ini, segala informasi dari dunia Arab tentang Nusantara akan terkuak sedikit demi sedikit.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H