Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bakal Kualat Kalau Masyarakat Mencuri Benda Purbakala

15 Februari 2022   07:57 Diperbarui: 15 Februari 2022   07:59 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Temuan struktur bata di antara gundukan tanah pada survei BPCB Jatim September 2021 (Sumber: beritajatim.com)

Bukan hanya di daratan, pencurian juga kerap terjadi di lautan atau perairan. Maklum dulu banyak kapal kargo tenggelam di perairan Nusantara. Kapal kargo itu berasal dari banyak negara. Barang-barang yang dibawa antara lain keramik, perhiasan, benda batu, dan benda logam.

Struktur tanah yang bekas teraduk (Sumber: Youtube Hamba TV AE)
Struktur tanah yang bekas teraduk (Sumber: Youtube Hamba TV AE)

Pencurian harta karun laut juga terjadi sejak lama oleh sindikat kecil dan sindikat besar. Banyak korban hilang dalam kasus pencurian. Biasanya dalam upaya pencurian itu, sebuah perahu kecil atau sedang diisi beberapa orang penyelam amatir yang biasanya nelayan yang mengetahui lokasi kapal tenggelam. Mereka hanya dilengkapi kompresor dan selang untuk menyelam. Kompresor adalah alat bantu pernapasan di dalam air.

Nah, ketika tengah berada di dalam air, muncul patroli laut oleh petugas keamanan. Karena takut tertangkap, perahu pun kabur secepat mungkin. Ironisnya, mereka segera memotong selang kompresor tanpa memikirkan nasib para penyelam di bawah. Akibatnya tentu saja si penyelam akan mati konyol karena kehabisan oksigen.

Bukan hanya di Indonesia, mati konyol karena mencuri harta karun, sering menimpa warga Mesir. Kita maklumi kalau kebudayaan Mesir kuno sangat tinggi. Tinggalan kuno paling dikenal adalah piramida, makam para firaun.

Diketahui banyak piramida sudah rusak karena ulah pencuri. Benda-benda berharga itu ditampung para penadah, lalu dijual lagi kepada kolektor dalam negeri dan kolektor mancanegara. Banyak barang dibeli oleh museum-museum di negara maju. Ternyata banyak dari mereka, baik pencuri maupun penadah dan kolektor, mati konyol karena kualat terhadap nenek moyang. Media-media Mesir menganggap sebagai 'kutukan firaun'.

Kutukan firaun berbentuk ancaman terhadap siapa saja yang merampok atau merusak kuburan. Menurut idntimes.com, banyak korban berjatuhan akibat kutukan firaun. Penjelajah Polandia mati diterjang badai laut ketika pulang ke negerinya. Lord Carnarvon, penyandang dana penggalian, meninggal karena gigitan nyamuk yang terinfeksi. Ada lagi yang rumahnya terbakar, kebanjiran, dan kena penyakit serius  ketika mereka kembali dari Mesir.  

Di Nusantara pun ada beberapa prasasti yang berisi kutukan. Dulu amat ditakuti warga sehingga kerajaan aman dari berbagai tindak pidana. Lihat tulisan itu [di sini]. 

Terbukti, bakal kualat kalau masyarakat mencuri benda purbakala untuk kepentingan pribadi. Kasus kutukan firaun menjadi contoh. Makanya, ayo kita lestarikan warisan budaya nenek moyang kita. Pelihara sebaik mungkin, manfaatkan seserius mungkin, dan informasikan seluas mungkin.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun