Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ditemukan Candi Kuno di Persawahan dengan Kondisi Prasasti Tidak Utuh

10 Februari 2022   11:50 Diperbarui: 10 Februari 2022   16:59 6524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs Gemekan yang sedang diekskavasi hingga 12 Februari 2022 (Sumber: Youtube BPCB Jawa Timur)

Rabu, 9 Februari 2022 pagi, media sosial Facebook ramai dengan perbincangan temuan struktur bangunan dan prasasti dari Situs Gemekan di Dusun Kedaung, Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Mereka pun memajang sejumlah temuan seperti pecahan keramik dan batu bata. Kawasan Mojokerto memang selalu dihubungkan dengan Kerajaan Majapahit.

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur yang berwenang melakukan penyelamatan melalukan ekskavasi mulai 7 Februari 2022 lalu. Rencananya ekskavasi penyelamatan itu akan berlangsung hingga 12 Februari 2022.

Dari tayangan Youtube diketahui struktur bangunan terletak di areal persawahan milik penduduk. Tentu saja pihak BPCB Jawa Timur harus mengeluarkan biaya sewa karena merusak tanaman warga. Yah sekadar ganti untung agar dapur penggarap tanah tetap ngebul.

Terlihat bangunan yang telah terbuka terbuat dari batu bata. Ada sudut bangunan dan ada penampil. Kemungkinan besar candi karena pada umumnya di Jawa Timur candi kuno terbuat dari batu bata. Ukuran dari ujung ke ujung sudah diketahui, sekitar 16 meter.

Sayangnya, banyak bagian terlihat sudah rusak. Tak pelak ini korban penjarahan atau penggalian liar dari para pendatang untuk mencari harta karun.

Selain penjarahan, selama puluhan tahun masyarakat lokal hidup dari usaha membuat semen merah yang bahannya berasal dari batu bata kuno. Tidak heran kawasan Majapahit sekarang sudah hancur, tidak diketahui lagi bentuk aslinya.

Sebenarnya keberadaan Situs Gemekan sudah diketahui sejak 2003. Ketika itu ditemukan struktur candi. BPCB Jawa Timur sendiri sudah mendata situs itu pada 2017 lalu.

Nah, ini masalahnya, kekurangan dana selalu menjadi hambatan. Soalnya segala kegiatan harus diprogramkan sebelumnya. Tidak bisa dana spontan. Untunglah kali ini ada dukungan dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kaloka, Malang.

Penggalian atau ekskavasi yang dilakukan oleh setiap BPCB, jadi bukan hanya BPCB Jawa Timur, sering kali disebut ekskavasi penyelamatan.

Beda dengan ekskavasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi (sebelum bergabung BRIN) yang lebih ke penelitian mendalam.

Yang membuat lama, ada berbagai tahap yang dilakukan BPCB, antara lain menerima laporan dari masyarakat, meninjau lokasi, melakukan pendataan, mengajukan anggaran, menindaklanjuti laporan masyarakat dengan ekskavasi, dan terakhir membuat laporan untuk diketahui masyarakat.

Selanjutnya melakukan pelestarian, seperti pemugaran, agar situs tersebut menjadi bagus dan bertahan lama.   

Temuan prasasti batu dari dalam tanah (Atas/Martda Vadetya/jawaposradarmojokerto.id) dan sebagian aksara Jawa Kuno (Bawah/FB Doni Wicaksonojati)
Temuan prasasti batu dari dalam tanah (Atas/Martda Vadetya/jawaposradarmojokerto.id) dan sebagian aksara Jawa Kuno (Bawah/FB Doni Wicaksonojati)

Prasasti

Di Situs Gemekan juga ditemukan prasasti batu. Prasasti itu ditemukan di bagian tengah situs tertimbun tanah pada kedalaman dua meter. Kondisi prasasti tidak utuh. Ada yang batunya patah. Ada yang aksaranya rusak. Sangat disayangkan tentunya.

Dari aksara yang tersisa diketahui prasasti dipahat dengan aksara Jawa Kuno. Tulisan terdapat di bagian tengah dan samping batu berbentuk segienam itu.

''Area atas yang menutupi bagian prasasti ini growol semua. Tidak ada struktur yang tertata. Semuanya hancur, mungkin lebih dari 60 persen dari struktur ini kondisinya rusak,'' ujar arkeolog Andi M. Said, Pamong Budaya di BPCB Jawa Timur ketika diwawancarai media.

Menurut pembacaan Goenawan A. Sambodo sebagaimana dibagikan di Facebook, bagian atas prasasti bertuliskan" ...852 asuji masa dwadasi suklapaksa.... Angka 852 menunjukkan Tahun Saka". Pembacaan mungkin bisa berubah, terutama soal tarikh. Soalnya kemarin baru bacaan sekilas.

Untuk mendapatkan Tahun Masehi kita harus menambah 78 tahun, jadi hasilnya 930.

Nah ini yang menarik. Masa 930 dihubungkan dengan pemerintahan Mpu Sindok. Dulu pusat kerajaannya ada di Jawa Tengah, namun karena letusan gunung pindah ke Jawa Timur. Berbagai teori perpindahan Kerajaan Medang ini sudah dikemukakan para pakar epigrafi seperti Boechari.

Sementara itu lokasi penemuan prasasti berada di kawasan Kerajaan Majapahit. Lalu apakah hubungan Kerajaan Medang dengan Kerajaan Majapahit, ini perlu kajian lebih jauh.

Dalam ekskavasi ini pihak BPCB Jawa Timur mengerahkan sekitar 30 tenaga teknis dan lapangan. Semoga tidak hujan sehingga ekskavasi tidak terhambat.

Setelah ini tentu harus ada koordinasi antara BPCB Jawa Timur dengan pemda setempat bahkan Pemprov Jawa Timur.

Kita harapkan analisis akan berlangsung cepat sehingga masyarakat bisa cepat pula mengetahui hasil ekskavasi. Dengan demikian mereka akan berapresiasi terhadap kepurbakalaan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun