Penafsiran menjadi bagian penting dari arkeologi. Tentu saja sesuai nalar dan logika penelitian. Bukan asal njeplak seperti yang dilakukan masyarakat awam.
Lihat tulisan berikut [di sini] Â Â Â Â
Relief candi
Pada masa silam, berjenis-jenis bangunan kayu tentu ada pada berbagai wilayah. Nah, hal ini bisa untuk bahan perbandingan. Banyak bangunan kayu masih tergambar pada berbagai relief candi, yang terbanyak terdapat pada Candi Borobudur.
Pada 1979 Ir. Parmono Atmadi pernah menulis disertasi berjudul Beberapa Patokan Perancangan Bangunan Candi, Suatu Penelitian Melalui Ungkapan Bangunan Pada Relief Candi Borobudur. Menurut Parmono, bangunan konstruksi kayu yang diungkapkan dalam relief candi berjumlah 248 buah. Pada waktu itu, katanya, pembangunan rumah-rumah telah memperhatikan iklim tropis lembab.
Bangunan-bangunan itu memiliki berbagai jenis atap, yakni atap pelana, atap limasan, atap limasan lengkung, atap tajuk, dan atap susun.
Pada bagian lain Parmono mengatakan, "Bangunan-bangunan konstruksi kayu menunjukkan bahwa pembangunan mengikuti kebutuhan fungsional, geografi, geologi, dan iklim. Lantai bangunan tidak diletakkan di atas tanah, tetapi ditinggikan dengan tiang-tiang penyangga hingga terjadi ruang di antara lantai dan tanah yang dikenal dengan istilah kolong bangunan".
Inilah pola atau ciri arsitektur tropis lembab yang menjadi bangunan-bangunan asli Indonesia. Hingga kini bangunan asli Indonesia itu masih terlihat di seluruh kepulauan Nusantara. Karena merupakan negara agraris, kegiatan kaum pria banyak dilakukan di muka rumah, sedangkan kaum wanita di belakang rumah.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H