Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kelebihan Buku Fisik (Cetak) Dibandingkan Buku Digital (E-book)

19 Januari 2022   15:30 Diperbarui: 19 Januari 2022   15:33 1624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku fisik berusia lebih dari 50 tahun masih bertahan asalkan dirawat dengan baik (Dokpri)

Dulu kita mengenal buku, tanpa embel-embel lagi. Tapi sejak muncul dunia internet, muncul istilah buku fisik (cetak) dan buku digital (e-book). Banyak generasi milenial lebih menyenangi e-book karena bisa disimpan di dalam komputer atau gawai. Sebaliknya generasi kolonial tetap bertahan dengan keberadaan buku fisik. Setiap jenis buku tentu memiliki kelebihan dan kekurangan.

Apabila kita ingin membawa buku fisik dalam perjalanan, tentu terasa berat dan repot. Apalagi bila berjumlah banyak. Sebaliknya dengan satu perangkat, seperti laptop atau gawai, kita bisa membawa banyak buku. Jadi e-book terkesan praktis. 

Buku-buku koleksi pribadi (Dokpri)
Buku-buku koleksi pribadi (Dokpri)

Buat dekorasi rumah

Buku menunjukkan intelektualitas. Lihat saja rumah para ilmuwan, akademisi, peneliti, atau pakar. Pasti di dalamnya banyak buku. Ada yang disusun dalam lemari buku atau rak buku sehingga kelihatan rapi. Ada pula yang ditumpuk di atas meja sehingga terkesan berantakan.

Buku-buku di dalam lemari atau rak bisa berfungsi untuk dekorasi rumah. Misalnya sebagai partisi, untuk memisahkan ruang tamu dengan ruang keluarga. E-book tidak dapat seperti itu.

Buku-buku fisik bisa diketahui ukuran dan tebalnya secara langsung. Nah, ini membuat kita harus memiliki strategi membaca. Keuntungan lain, buku fisik bisa dikoleksi. Tentu lebih mudah dilihat orang daripada mengoleksi e-book pada perangkat kita. Lagi pula file pada perangkat bisa hilang. Atau mungkin perangkatnya yang malah dicuri atau terjatuh tanpa kita sadari.  

Kelemahan buku fisik adalah bisa hilang atau rusak. Sekali-sekali tentu dipinjam orang dan tidak dikembalikan. Bila kita tidak tekun merawatnya, buku fisik bisa kena rayap atau basah bila rumah kita bocor.

Buku fisik dapat diwariskan secara turun-temurun hingga ke beberapa generasi jika dijaga dan dirawat dengan baik. Banyak buku kuno peninggalan zaman dulu masih bisa dibaca serta dinikmati oleh generasi-generasi masa kini.  

Contohnya saya yang menerima warisan buku-buku kakek, ayah, dan tante saya. Sebagian buku masih berbahasa Melayu. Buku-buku itu diterbitkan 1930-an hingga 1950-an. Jadi mampu bertahan lebih dari 50 tahun. Sekarang termasuk buku langka.

Sejumlah buku fisik menjadi kenangan indah buat saya. Soalnya saya membeli buku-buku tersebut dari hasil honorarium menulis di media cetak. Saya mulai menulis pada 1980-an, bahkan sampai sekarang.

Banyak buku koleksi saya merupakan hadiah dari teman penulis. Ada tanda tangan mereka di dalam buku. Sekarang mereka sudah menjadi doktor dan profesor. Tentu ini buku spesial buat saya.  

Buku-buku lama karya abad ke-18/ke-19 (Dokpri)
Buku-buku lama karya abad ke-18/ke-19 (Dokpri)

Abadi

Sebagai pecinta gerakan literasi---membaca dan menulis---saya menganggap buku fisik lebih abadi. Contohnya buku karya Raffles berjudul History of Java yang ditulis pada 1800-an masih bertahan hingga sekarang. Bahkan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Buku-buku saya memiliki berbagai genre, seperti sejarah, arkeologi, museum, antropologi, arsitektur, budaya, astrologi, palmistri, dan grafologi. Pokoknya palugada, apa lu mau gw ada, hehehe...

Memang kelemahan buku fisik adalah memerlukan ruangan luas. Sayang rumah saya tidak luas, sementara buku-buku saya terbilang banyak. Akibatnya buku-buku ada di beberapa tempat. Semoga kalau ada rezeki bisa memperbaiki rumah sehingga buku-buku akan terpusat. Dengan demikian akan memudahkan penelusuran jika saya memerlukan referensi.

Saya juga berpikir apakah e-book akan bertahan lama, soalnya media penyimpanan berkembang cepat dari tahun ke tahun. Dulu, misalnya kita mengenal disket, lalu berkembang ada CD, USB, dan harddisk. Sejak adanya teknologi lebih baru, disket tidak digunakan lagi.***    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun