Berbagai wabah pernah berjangkit di Batavia mulai abad ke-18. Ketika itu masyarakat sering mengalami disentri, kolera, tuberculosis, pes, malaria, dan penyakit-penyakit lain. Karena kelangkaan tenaga dokter, banyak penderita sering tidak tertolong. Menurut catatan Museum Kebangkitan Nasional sebagaimana laman muskitnas.net, pada 1911 pemerintah kekurangan jumlah tenaga dokter. Padahal sejak 1904 ujian untuk mendapat gelar Inlandsch Artsen diperlunak.Â
Pada 1913 organisasi STOVIA diperbarui. Sistem pada bagian kedokteran ditingkatkan dan urutan mata pelajaran disempurnakan. Kerja praktikum diperbanyak. Salah satunya dengan praktek menggunakan alat bantu pernafasan. Sampai saat ini terdapat beberapa koleksi yang tersimpan di Museum Kebangkitan Nasional.
STOVIA adalah Sekolah Dokter Jawa atau Sekolah Dokter Bumiputera pada masa Hindia-Belanda. Lokasinya di Jalan Abdul Rahman Saleh nomor 26, di sebelah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
Awal Januari 2022 saya sempat mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional. Saya sempat melihat Ruang Storage. Ada berbagai alat besar dari logam di sana, di antaranya alat bantu pernapasan zaman dulu. Â
Koleksi alat bantu pernapasan terdiri atas tiga tipe dan dengan jumlah alat sebanyak tiga. Alat tipe pertama terdapat di ruang pameran STOVIA III, sementara tipe kedua dan tipe ketiga terdapat di storage. Ruang Storage terdapat di bagian belakang, dekat ruangan para pegawai museum.
Arkeologi kesehatan
Arkeologi memiliki berbagai bidang kajian, yang penting ada benda atau artefak. Salah satunya arkeologi kesehatan yang meneliti alat-alat kesehatan tinggalan masa lalu. Tentu sudah ada perkembangan dibandingkan alat-alat sejenis pada masa sekarang. Lebih modern dan menggunakan teknologi digital sangat terasa sekali.
Mahasiswa arkeologi FIB UI, Kartika Anjanie, meneliti berbagai alat kesehatan atau alat kedokteran yang ada di Museum Kebangkitan Nasional pada 2012 lalu. Menurut Kartika, di Museum Kebangkitan Nasional ada sekitar 300 peralatan kedokteran, yang dibagi menjadi beberapa jenis, seperti peralatan kedokteran umum, alat kedokteran kuster isaf, elektro radiograf, dandang pensteril, alat bantu pernapasan, alat rontgen, peralatan kedokteran gigi dan THT, dan peralatan kedokteran bedah.
Alat-alat kedokteran itu bukan buatan pabrik di Hindia-Belanda. Kebanyakan berasal dari Inggris, Belanda, Jerman, dan AS. Namun tidak semuanya bisa ditampilkan di ruang pameran. Banyak koleksi bisa disaksikan di ruang penyimpanan atau storage, istilah awam gudang. Storage atau gudang di Museum Kebangkitan Nasional terbuka untuk umum.
Alat Bantu Pernapasan Tipe 1, menurut Kartika, dibuat oleh pabrik bernama C.F. Palmer di London, Inggris. Bahan yang dominan pada alat tersebut logam dan kayu dengan warna dominan hitam. Alat ini dipamerkan di Ruang STOVIA III. Kondisi alat masih baik.
Alat Bantu Pernapasan Tipe 2, dibuat oleh pabrik F. Palmer di London, Inggris. Alat tersebut berbahan logam dengan warna dominan hitam. Kondisi alat sudah mengalami korosi. Â
Alat Bantu Pernapasan Tipe 3, mirip dengan tipe 1. Â Â
Alat bantu pernapasan berfungsi untuk menggerakkan atau mengalirkan oksigen ke dalam tubuh. Alat itu berperan dalam pengobatan penyakit paru-paru, pneumonia, dan tuberculose yang berjangkit di Batavia.
Ada beberapa tujuan Kartika untuk meneliti peralatan kedokteran di Museum Kebangkitan Nasional. Pertama, mendeskripsikan peralatan kedokteran. Kedua, menjabarkan fungsi peralatan kedokteran. Ketiga, merekonstruksi fungsi asli peralatan kedokteran. Juga untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam menafsirkan data arkeologi dilihat dari perspektif disiplin lain.
Nanti saya ceritakan peralatan lain yah. Tulisan-tulisan saya sebelum ini bisa dibaca:
[Pertama]
[Kedua] Â Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H