Mimpi, menjadi patokan lain seorang pecandu hwa hwee. Maklum ketika itu beredar berbagai buku tafsir mimpi yang dikaitkan dengan angka.
Nalo dan SDSB
Dulu saya pernah mencari uang saku dengan menjual hwa hwee pada malam hari. Meskipun di sekolah sering dipanggil 'bandar hwa hwee', yang penting saya sudah bisa mencari uang saku sendiri. Dalam sehari saya bisa mendapatkan omset Rp 2.000 hingga Rp 3.000. Saya dapat komisi 9%, berarti Rp 180 hingga Rp 270. Belum lagi kalau ada orang yang tebakannya tepat. Saya suka dipersen Rp 50 hingga Rp 100. Sekadar gambaran, waktu itu ongkos naik becak ke sekolah Rp 25. Jadi lumayanlah penghasilan segitu.
Setelah hwa hwee diharamkan, judi gelap tetap berlangsung, bahkan hingga kini. Istilah togel atau toto gelap tetap populer loh. Dulu toto mengacu pada tebak nomor skor pertandingan sepakbola. Judi buntut, yang mengacu pada dua nomor terakhir, juga gak ada matinya. Secara gelap-gelapan masih ada. Â
Oh ya, dulu pernah ada Nalo atau Nasional Lotere. Setelah itu ganti nama menjadi Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB). SDSB dikelola oleh pemerintah lewat Departemen Sosial. Dari Nalo dan SDSB muncul judi buntut. Kalau tebakan tepat (dari 01 hingga 100), maka kita akan memperoleh 60 kali lipat dari uang yang kita pertaruhkan.Â
Sekarang tentu judi online yang merajalela. Saya sering mendapat kiriman SMS tapi tidak saya gubris.***
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H