Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nostalgia: Pada Masa Gubernur Ali Sadikin (1966-1977), Judi di Jakarta Menjadi Legal

29 Desember 2021   08:07 Diperbarui: 29 Desember 2021   08:15 2281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku tafsir mimpi berupa gambar dan angka, dulu menjadi andalan para pecandu hwa hwee (Dokpri)

Mimpi, menjadi patokan lain seorang pecandu hwa hwee. Maklum ketika itu beredar berbagai buku tafsir mimpi yang dikaitkan dengan angka.

Kupon Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah yang identik dengan judi (Dokpri)
Kupon Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah yang identik dengan judi (Dokpri)

Nalo dan SDSB

Dulu saya pernah mencari uang saku dengan menjual hwa hwee pada malam hari. Meskipun di sekolah sering dipanggil 'bandar hwa hwee', yang penting saya sudah bisa mencari uang saku sendiri. Dalam sehari saya bisa mendapatkan omset Rp 2.000 hingga Rp 3.000. Saya dapat komisi 9%, berarti Rp 180 hingga Rp 270. Belum lagi kalau ada orang yang tebakannya tepat. Saya suka dipersen Rp 50 hingga Rp 100. Sekadar gambaran, waktu itu ongkos naik becak ke sekolah Rp 25. Jadi lumayanlah penghasilan segitu.

Setelah hwa hwee diharamkan, judi gelap tetap berlangsung, bahkan hingga kini. Istilah togel atau toto gelap tetap populer loh. Dulu toto mengacu pada tebak nomor skor pertandingan sepakbola. Judi buntut, yang mengacu pada dua nomor terakhir, juga gak ada matinya. Secara gelap-gelapan masih ada.  

Oh ya, dulu pernah ada Nalo atau Nasional Lotere. Setelah itu ganti nama menjadi Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB). SDSB dikelola oleh pemerintah lewat Departemen Sosial. Dari Nalo dan SDSB muncul judi buntut. Kalau tebakan tepat (dari 01 hingga 100), maka kita akan memperoleh 60 kali lipat dari uang yang kita pertaruhkan. 

Sekarang tentu judi online yang merajalela. Saya sering mendapat kiriman SMS tapi tidak saya gubris.***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun