Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bisakah Kita Kaya (Raya) dengan Menulis Nonfiksi Humaniora?

28 Desember 2021   17:04 Diperbarui: 29 Desember 2021   06:44 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan saya di koran Suara Pembaruan 1996 (Dokpri)

Sebagai penulis nonfiksi, terutama bidang humaniora, tentu saja saya harus banyak membaca atau memiliki buku. Terus terang, meskipun hanya freelancer, buku saya berjumlah ratusan. Mirip-mirip seorang akademisi atau ilmuwan yah, hehehe...Saya yakin, akademisi atau ilmuwan saja tidak memiliki buku sebanyak koleksi saya.

Selain menulis di media cetak, saya pun beberapa kali menulis buku untuk instansi tertentu. Dalam kegiatan lelang, nama saya selalu tercantum. Mungkin karena ada nama saya jadi menang lelang, hehehe...

Honorarium menulis dalam lelang lumayan besar. Rata-rata pengerjaan memakan waktu empat bulan. Saya pernah mendapat Rp 20 juta hingga Rp 50 juta.

Sejak media cetak tergerus oleh internet, boleh dibilang frekuensi menulis amat menurun. Paling-paling menulis di blog pribadi, blog publik, atau beberapa media daring yang menyediakan honorarium. Beberapa kali saya menjadi narasumber kegiatan webinar.

Oh ya, beberapa kenalan juga beberapa kali meminta saya menulis untuk pameran. Tulisan pendek dihargai sekitar Rp 200 ribu, sementara yang agak panjang sebanyak 2.000-3.000 kata dihargai Rp 3 juta.

Menjadi narasumber webinar tentang numismatik (Dokpri)
Menjadi narasumber webinar tentang numismatik (Dokpri)

Kaya raya menulis nonfiksi

Iseng-iseng saya cari di internet dengan menuliskan kata kunci "penulis nonfiksi kaya". Ternyata saya tidak menemukan apa yang saya cari. Yang saya temukan justru "penulis Indonesia yang kaya dengan menulis". Boleh dibilang semuanya adalah penulis fiksi, tepatnya novel, yang kemudian dilayarlebarkan. Ada pula penulis biografi.

Dari tulisan Denny J.A di beritalima.com terlihat beberapa penulis novel (al J.K. Rowling), penulis cerpen (al Stephen King), dan penulis teater Broadway (Candy Spelling) yang berpenghasilan besar.  Lagi-lagi belum ada penulis nonfiksi yang bersifat keilmuan yang bukunya laris di pasaran dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Karena dari situlah sumber royalti dan pendapatan.

Dunia literasi yang bersifat keilmuan, apalagi macam humaniora, memang dunia sepi. Belum ada kehidupan material yang layak buat penulis-penulis humaniora. Menulis nonfiksi masih sebatas benefit (bermanfaat buat masyarakat) tapi belum menjurus ke profit (keuntungan finansial). Dunia intelektual dan dunia gagasan memang hanya mendapatkan kepuasan batin semata. Timbul pertanyaan, bisakah orang kaya (raya) dengan menulis nonfiksi?

Betapapun menulis harus tetap dilakukan. Yang penting informatif, edukatif, dan konten positif untuk mencerdaskan masyarakat. Menulis adalah kerja sunyi untuk keabadian. Menulis pun kerja idealis untuk mencerdaskan, olah kata dan olah pikiran yang tidak terbatas.***

     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun