Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Masih Banyak Masyarakat Awam Percaya kepada Tulisan/Tayangan Bombastis daripada Karya Para Kolektor

22 Desember 2021   12:31 Diperbarui: 27 Desember 2021   20:55 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi koin masih dalam gulungan dan koin hasil kembalian swalayan (Dokpri) 

Masih banyak saja tulisan di media daring dan tayangan Youtube yang membuat masyarakat awam salah kaprah kepada uang-uang lama, khususnya uang logam (koin). Kolektor uang atau numismatis sih tahu benar bahwa tulisan atau tayangan itu sangat sensasional. 

Terutama sangat bombastis dalam memberi judul. Herannya, yang membuat tulisan atau tayangan tersebut bukan dari kalangan kolektor. Tapi justru sangat dipercaya masyarakat awam karena mereka 'ingin cepat kaya'.

Sebenarnya banyak tulisan atau tayangan yang dibuat oleh kolektor, seperti tulisan ini dan tulisan-tulisan saya lain. Namun herannya masyarakat awam lebih percaya kepada tulisan/tayangan hoaks atau bombastis daripada tulisan/tayangan 'waras' oleh kalangan kolektor.  

Tulisan atau tayangan 'gak waras' tersebut ternyata banyak diakses orang. Kemungkinan mereka hanya mengejar pageviews atau subscriber, yang ujung-ujungnya duit. 

Akibat terpengaruh info 'gak waras' itu, banyak orang memposting 'uang-uang kuno' yang mereka miliki dengan harga fantastis. Mereka posting cuma berdasarkan gambar yang sama.   Selain di marketplace, postingan-postingan itu banyak dijumpai di media sosial macam Facebook dan Instagram.

Ilustrasi 'coins set' 1945-2016, koin-koin Nederlandsch-Indie dan Republik Indonesia ada di sana (Sumber: bukalapak/kiri dan tokopedia ainunkhoirunnisa /kanan)
Ilustrasi 'coins set' 1945-2016, koin-koin Nederlandsch-Indie dan Republik Indonesia ada di sana (Sumber: bukalapak/kiri dan tokopedia ainunkhoirunnisa /kanan)

Dijual Rp 1 juta, dijual hanya Rp 500.000, dst untuk koin keluaran 1990 dan sekitarnya. Satu orang posting, yang lain ikut-ikutan. Kata 'dijual' tentu berbeda jauh dengan 'terjual'. Lakukah barang jualan mereka? Tentu saja tidak karena harganya sangat tinggi. Kondisi koin itu pun kotor dan karatan atau bekas pakai.

Sekadar gambaran, koleksi sejenis---bahkan sudah dalam folder berupa set coin---hanya berharga Rp 150.000 hingga Rp 200.00 untuk sekitar 30 koin. Dalam folder terisi informasi tahun terbit, gambar pada kedua sisi, dan data lain.

Kalau mau lebih bagus, ada tersedia dalam bentuk kapsul. Harganya tentu lebih mahal. Penulis amati harganya sekitar Rp 400.000 untuk sekitar 30 koin.

Ilustrasi koin yang di-grading oleh PCGS dan mendapat nilai 65 (Sumber: coffeebreakstory.com)
Ilustrasi koin yang di-grading oleh PCGS dan mendapat nilai 65 (Sumber: coffeebreakstory.com)

Harga tergantung kualitas

Harga sebuah koin sangat dipengaruhi oleh kualitas koin tersebut. Semakin baik kualitas koin, tentu semakin mahal harga koin. Demikian juga sebaliknya. Di mata kolektor, kualitas koin dikenal dengan istilah grade. 

Dunia numismatik mengenal delapan grade utama. Namun untuk masyarakat awam kita sebut saja grade tertinggi Bagus Sekali, di bawahnya ada Bagus, Cukup Bagus, dan Kurang Bagus.

Skala Sheldon dari 0 hingga 70, nilai semakin tinggi,  koleksi semakin berkualitas  (Sumber: coffeebreakstory.com)
Skala Sheldon dari 0 hingga 70, nilai semakin tinggi,  koleksi semakin berkualitas  (Sumber: coffeebreakstory.com)

Para numismatis senior mengenal grade berdasarkan skala Sheldon, sesuai nama penciptanya William Sheldon. Saat ini skala Sheldon menjadi standar penilaian koleksi mata uang, baik kertas maupun koin.

Skala Sheldon mulai dari 0 sebagai kualitas terendah hingga 70 sebagai kualitas terbaik. Di banyak negara skala Sheldon digunakan untuk layanan grading kepada para numismatis profesional. Maklum, angka-angka itu diberikan oleh lembaga grading internasional dengan mematok tarif tertentu. Itulah sebabnya kita menemukan berjenis-jenis angka pada koleksi yang sudah di-grading.

Jangan heran, untuk koleksi serupa, antara yang belum di-grading dengan yang sudah di-grading, memiliki nilai jual agak jauh. Koleksi yang sudah di-grading selalu mendapat plastik yang berfungsi untuk mengamankan koleksi. Lembaga grading juga menginformasikan asli atau palsunya koleksi, termasuk cacad, sudah/belum dicuci, ada modifikasi atau tidak, dsb.

Grading koin mempermudah penjual dan pembeli. Soal harga memang ada buku katalogus. Namun sering kali terjadi negosiasi antara penjual dan pembeli.

Lembaga grading yang cukup dikenal luas adalah Professional Coin Grading Service (PCGS) dan Numismatic Guaranty Corporation (NGC).  

Kalaupun tidak di-grading, transaksi tetap bisa dilakukan. Sesama kolektor biasanya sudah saling mengerti. Cuma posting foto saja sudah paham kualitas koleksi itu. Tentu beda sekali dengan masyarakat awam. Biasanya mereka cuma berpatokan pada gambar yang sama.

Ilustrasi koin masih dalam gulungan dan koin hasil kembalian swalayan (Dokpri) 
Ilustrasi koin masih dalam gulungan dan koin hasil kembalian swalayan (Dokpri) 

Gulungan koin

Sekadar gambaran, koin yang berkualitas paling bagus adalah koin yang baru diambil dari gulungan. Koleksi seperti ini belum pernah berpindah tangan. Sebagai kolektor, kita cukup punya satu atau beberapa koin sejenis. Lain halnya kalau kita berkiprah pula sebagai pedagang.

Seperti koin Rp 500 emisi 2016 ini, sebenarnya saya ingin menukar satu atau dua gulungan saja. Namun bank hanya membolehkan per plastik alias 10 gulung. Jadilah saya mengeluarkan Rp 125.000. Itu pun harus memesan terlebih dulu. Karena lokasi bank agak jauh, terpaksalah saya naik ojek Rp 20.000 untuk pergi pulang. Hehehe...baru pernah tukar uang harus janjian dan naik ojek.

Koin Rp 500 lain saya peroleh dari toko swalayan berupa kembalian belanja. Karena sudah pernah berpindah tangan, jadi nilainya sebagai koleksi lebih rendah daripada koin gulungan. Semakin sering berpindah tangan, semakin rendah nilai koleksi. Semoga masyarakat paham yah.***       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun