Erupsi gunung berapi memang membuat musibah atau bencana buat masyarakat yang hidup sezaman. Namun erupsi Semeru---dan juga gunung-gunung lain seperti Merapi, Kelud, dan Sinabung---menjadi bahan pelajaran buat dunia arkeologi, yang memang meneliti masa lampau. Lagi pula, banyak artefak masih berada di dalam tanah. Jadi masih misteri.
Hari ini, Rabu, 8 Desember2021, Balai Arkeologi DIY meluncurkan Rumah Peradaban Situs Liyangan. Salah satunya buku pengayaan berjudul Gunung Meletus, Belajar dari Situs Layangan. Buku ini untuk bahan bacaan anak-anak Sekolah Dasar. Namun tentu saja boleh dibaca oleh kalangan lain.
Menurut Agni Mochtar dari Balai Arkeologi DIY, materi dalam buku disesuaikan dengan kemampuan atau daya pikir anak-anak seusia Sekolah Dasar. Buku terbagi dalam beberapa bab dan dibuat dengan teks berikut gambar menarik.
Pembuatan poster tentang Liyangan juga dilakukan anak-anak sekolah. Menurut Putri Taniardi, poster-poster mereka dipajang di Rumah Peradaban Situs Liyangan. Seorang guru SD, Pudji Astuti, yang diminta tanggapan mengatakan buku pengayaan sangat informatif dan edukatif.
Pada kesempatan itu diluncurkan pula film animasi kedua tentang Situs Layangan. Menurut Pudji Astuti, anak-anak sekolah lebih senang informasi yang bergerak daripada yang statis. "Apalagi ringan dan lucu," kata Pudji.
Lihat tulisan berikut [Memasyarakatkan Hasil Penelitian Arkeologi Lewat Film Animasi]
Kepala Galeri Fotografi Jurnalistik Antara, Ismar Patrizki, menyambut baik terbitnya buku pengayaan, poster, dan film animasi. Ia menganggap sudah bagus dari segi komposisi warna dan grafis. "Dulu arkeologi ibarat milik akademisi dan peneliti, sekarang bisa dilakukan oleh masyarakat," katanya.
Ika Permata Hati dari Komunitas Literasi menganggap buku pengayaan, poster, dan film animasi sudah memiliki kosa kata yang kaya. Bahasanya sederhana karena ibarat menikmati cerita, bukan belajar sejarah.
Jika tertarik, silakan kunjungi laman Balai Arkeologi DIY www.arkeologijawa atau berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id. Namun buku pengayaan masih dalam proses cetak.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H