"Mungkin sementara ini lebih baik "dititipkan" di museum luar negeri atau kolektor luar negeri/dalam negeri dulu. Nanti kalau Indonesia sudah mampu merawat dengan baik, baru dipulangkan pelan-pelan," kata yang lain.
Arca logam, apalagi yang berukuran kecil, sulit dilacak siapa yang menemukan dan bagaimana bisa sampai ke mancanegara. Berbeda dengan arca batu, apalagi berukuran besar, yang umumnya menjadi bagian dari candi.
Pada masa lalu arca logam disimpan di dalam rumah para pemuja Buddha. Arca-arca berupa dewa-dewi Hindu, Dhyanni Buddha, Dhyanni Boddhisatwa, dan Manusi Buddha banyak terdapat di Nusantara. Nama-nama dewa dan arca Buddha dapat dikenali dengan mudah oleh arkeolog yang mengambil spesialisasi ilmu ikonografi (pengetahuan tentang arca kuno).
Arca-arca logam dari Nusantara sejak lama banyak "lari" ke mancanegara. Ini tentu karena kekurangpedulian masyarakat kita. Kita jual, mereka beli. Banyak arca kuno, termasuk tinggalan-tinggalan budaya lain, sejak lama dilelang di balai lelang mancanegara.Â
Pemeriksaan di bea cukai pun kurang ketat karena ketidakmengertian aparat. Beberapa tinggalan yang diketahui berasal dari kegiatan ilegal pernah dikembalikan ke Nusantara. Salah satunya bisa dilihat di sini.
Semoga secepatnya pemerintah dan masyarakat peduli kepurbakalaan sebagai tinggalan berharga nenek moyang kita. Selanjutnya bergotong royong mendirikan museum untuk melestarikan tinggalan-tinggalan tersebut. Jangan sampai 'lari' ke mancanegara karena kemasabodohan kita.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H