Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banjir Sintang, Sejarah Sintang, dan Kerusakan Tangkapan Hujan

24 November 2021   07:26 Diperbarui: 24 November 2021   07:30 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sintang pada 1888 (Sumber: KIT library melalui Sejarah Sintang)

Di musim hujan ini banjir di Sintang, sebuah kabupaten di Kalimantan Barat, menjadi perbincangan hangat. Banjir Sintang mulai terjadi sejak 21 Oktober 2021.

Akibat hujan deras, banyak desa terendam air. Ada yang hanya belasan sentimeter, ada yang mencapai lebih dari satu meter. Tentu saja banyak warga harus mengungsi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun turun tangan.  Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi curah hujan akan kembali tinggi pada Januari-Februari 2022.

Mungkin inilah salah satu banjir terlama yang pernah melanda wilayah di Indonesia. Hingga saat ini banjir belum hilang, meskipun sudah surut di beberapa tempat. Diduga penyebab utama banjir Sintang adalah kerusakan di bagian hulu pada area penangkapan hujan yang terjadi sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Daerah hulu merupakan daerah tangkapan hujan.

Buku Sejarah Sintang dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris (Dokpri)
Buku Sejarah Sintang dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris (Dokpri)

Sejarah Sintang

Saya belum hafal daerah Sintang. Beberapa tahun lalu saya pernah ke Museum Sintang, belum ke daerah-daerah di sekitarnya.

Ketika itu saya dihadiahi buku Sejarah Sintang tulisan Anouk Fienieg. Tulisan tersebut bersumber dari buku, naskah, arsip, dan artikel yang ada di Belanda.

Dalam buku dikatakan pada 2004 ditandatangani MOU antara Pemerintah Daerah Sintang dengan Tropenmuseum (Belanda) tentang pembangunan Pusat Kebudayaan di Sintang.

"Pusat Kebudayaan Sintang akan menjadi sumber kebudayaan dan pendidikan bagi penduduk Sintang, sebagai sumbangan untuk melestarikan warisan budaya dan sejarah setempat," demikian tulisan dalam kata pendahuluan buku.

Tiga kegiatan utama proyek itu adalah penelitian sejarah Sintang, pendirian sebuah museum, dan membuat film dokumentasi tentang tradisi tekstil di Sintang.

Sintang dan Belanda memiliki hubungan sejak 1822. Karena itu sumber tertulis yang ada masih berbahasa Belanda dan berdasarkan perspektif Belanda. Sayang banyak arsip Belanda dihancurkan oleh tentara Jepang ketika itu.

Namun sebagian besar informasi mengenai sejarah Sintang ditemukan dalam sumber kepustakaan mengenai kawasan bagian Barat Borneo. Borneo adalah sebutan orang asing untuk Kalimantan. Menurut peneliti Belanda penyusun buku, cara terbaik mendapatkan informasi mengenai sejarah awal Sintang dan asal muasal penduduknya adalah melalui penelitian arkeologis. Sampai saat ini satu-satunya sumber informasi daerah ini adalah sumber kepustakaan tentang prasejarah dan sejarah awal Asia Tenggara dan Borneo.

Sintang pada 1888 (Sumber: KIT library melalui Sejarah Sintang)
Sintang pada 1888 (Sumber: KIT library melalui Sejarah Sintang)

Kerajaan

Dalam buku terungkap, dulu Sintang merupakan sebuah kerajaan, dari kerajaan Hindu kemudian berubah menjadi kerajaan Islam. Kapan Kerajaan Sintang didirikan sangat tidak pasti karena bercampurnya mitos dan sejarah. Juga hanya diceritakan turun-temurun sehingga kebenarannya sulit dibuktikan.

Menurut tradisi, raja pertama Sintang adalah Aji Melayu, seorang Hindu dari Jawa. Sebenarnya beliau adalah Raja Sepauk. Saat itu Sintang belum eksis. Jubair, keturunan Aji Melayu, dianggap sebagai pendiri Kerajaan Sintang.    

Buku itu juga mengemukakan, pusat kerajaan berlokasi di titik pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Dari sinilah asal nama Sintang, yakni Senentang, yang berarti pertemuan dua sungai.

Ditulis dalam buku itu raja pertama yang menganut Islam di Sintang adalah Sultan Nata Mohammad Syamsoedin yang memimpin sekitar 1700. Setelah makin ramai, pada abad ke-18 Sintang didatangi etnis Tionghoa. Info ini didukung peta 1860 yang menggambarkan lokasi pemukiman etnis Tionghoa.

Selanjutnya pada abad ke-19 Kabupaten Sintang terdiri atas 86 kampung. Populasinya terdiri atas Dayak 49.666 orang, Melayu 23.000 orang, dan Tionghoa 900 orang.

Pada awal abad ke-20, kehidupan masyarakat di Sintang cukup bervariasi. Orang Dayak menjadi petani. Beberapa perindustrian sudah terdapat di sana namun masih dalam skala kecil. Pada 1930-an sekitar 2,5 juta pohon karet ditanam. Perkebunan karet besar milik orang Melayu, sementara yang lebih kecil milik orang Tionghoa.

Diberitakan dalam buku, perdagangan merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat Tionghoa. Sayang situasi ekonomi tidak begitu baik. Saat itu sering terjadi banjir sehingga menyebabkan kegagalan panen. Selain itu Sintang kehilangan fungsi sebagai pusat pasar produk-produk hutan.

Kerajaan Sintang bertanda panah merah (Sumber: Victor T. King melalui Sejarah Sintang)
Kerajaan Sintang bertanda panah merah (Sumber: Victor T. King melalui Sejarah Sintang)

Modernisasi

Modernisasi mulai masuk Sintang pada abad ke-20. Pada 1926 diperkenalkan kapal cepat. Selanjutnya pembangunan jalan, rumah sakit terapung, sekolah, kantor pos, dan pengadilan.  

Kabupaten Sintang pernah mengalami masa pendudukan Belanda dan Jepang. Selama bertahun-tahun setelah kemerdekaan RI, Kabupaten Sintang masih memiliki banyak lahan kosong. Pada 1980 transmigran dari Jawa datang ke Sintang. Sekitar 65 ribu transmigran kemudian mengisi wilayah ini.

Foto-foto lama Kabupaten Sintang banyak terdapat di KIT Tropenmuseum, Belanda. Ini terlihat dari sejumlah foto yang termuat dalam buku.

Dari info tersebut ternyata banjir sudah terjadi sejak lama. Semoga info dari masa lalu ini menjadi pelajaran buat kita pada masa kini.***

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun